***
Kecelakaan
itu yang mengantarkanku padamu
Luka
itu yang membuatku bisa bertemu denganmu
Hujan
malam itu adalah saksi bisu
Bagaimana
dia dan pria itu bertemu dalam takdir
“Brengsek
!” Umpat gadis itu kesal, sesaat setelah dia sadar dari alam sadarnya, setelah
dia tahu bagaimana kondisinya yang sebenarnya, sesaat setelah dia mengingat
kembali apa yang telah terjadi padanya.Kejadian-kejadian itu terus saja
berputar dibenaknya, menohoknya dalam satu kenyataan, dia buta.
“Hai,
Bagaimana kau bisa masuk ke rumah sakit ini?” Gadis itu lekas saja bangkit dari
duduknya, menunjukkan dengan terang-terangan sikapnya yang mengacuhkan pria
asing itu.Pria asing? Ya, karena dia sadar bahwa dia tak mengenal pria itu,
pria yang dengan berani mengusiknya.
“Siapa
kau?” Kata gadis itu akhirnya, setelah sebelumnya mendapati reaksi pria itu
yang langsung saja mencekal tangannya hingga dia mengurungkan kembali niatnya,
ada sedikit rasa penasaran yang menyusup masuk ke hatinya. Siapa pria itu
“Kyuhyun,
dan kau?” Kata pria itu santai, menggengam tangan gadis itu sebagai tanda perkenalan,
seakan sadar bagaimana kondisi gadis itu. Gadis itu tersenyum kaku, menyambut
genggaman tangan pria itu, walau hanya sementara sebelum nalar sehatnya
memaksanya untuk melepaskan genggaman itu dengan cepat.
“Ha-ra.”
Katanya pelan, dia tersenyum sekilas saat mendengar bagaimana pria itu
menirukan suaranya, entah mengapa ada rasa nyaman yang menyusup kedalam dirinya
saat bersama pria itu. Pria yang baru saja dia kenal.
Gadis
itu sibuk menggembungkan kedua pipinya, seakan tidak suka dengan
lelucon-lelucon yang diceritakan pria itu padanya, membuat pria itu menatapnya,
dengan pandangan yang sulit dimengerti.
“Kau
gadis yang menarik” Simpul pria itu, tanpa sadar. Mengubris reaksi gadis yang
tampak kaget itu.
“Maaf.”
Kata itu terus saja disuarakannya, walau dalam hati. Tak ada sedikitpun niat
untuk mengungkapkannya.
***
Maaf
karena membawamu masuk keduniaku…
Maaf
karena membuatmu terluka…
Maaf
karena terlanjur mencintaimu…
Maaf…
Pria
yang tak lain adalah Atan itu masih saja betah berdiri ditempatnya, masih setia
menatap wajah gadis yang sedang tertidur pula situ.
“Maaf…” Katanya pelan, seakan tak ingin gadis itu
mendengar apa yang dia katakan. Bukan karena rasa takutnya terhadap reaksi yang
akan diberikan gadis itu, tetapi lebih kepada ketidaksiapan hatinya untuk
berpisah dengan gadis itu.
“Maaf…”
Katanya sekali lagi, sembari menggemgam erat tangan gadis itu, seakan sedang
menyalurkan sedikit energi kepada gadis
itu. Dia menghapus jejak-jejak airmata di wajahnya, tidak ingin gadis
itu tahu apa yang terjadi padanya walau dia sangat tahu bagaimana kondisi gadis
itu yang masih tak dapat melihatnya.
“Maaf…”
Katanya dalam hati. Ada sedikit rasa kesal yang menyergapi dirinya, kesal akan
hatinya yang begitu lemah, kesal akan ketidakberdayaan hatinya.Menyadari
bagaimana isi hatinya, dan itu kembali menohoknya ketitik yang paling dalam.
Pria
itu meremas kuat dadanya, sakit itu kembali lagi menguasai jiwanya, sesuatu
yang begitu dia takuti. Penyakitnya. Dia kembali menangis walau dalam diam,
hatinya terus saja memohon pada Tuhan agar diberikan sidikit saja tambahan
waktu. Sedikit saja.
“Aku
mencintaimu…” Katanya dalam hati, sebelum pergi meninggalkan gadis itu. Gadis
yang telah diam-diam telah mencuri hatinya
***
Tanpa
tahu siapa dirimu…
Tanpa tahu bagaimana masa lalumu…
Tanpa tahu bagaimana masa lalumu…
Tanpa
tahu wujud dan rupamu…
Aku mencintaimu…
Aku mencintaimu…
Gadis
itu terus saja memperbaiki posisi duduknya, berusaha mengusir rasa gelisah yang
sejak tadi menggeroti hatinya. Ada rasa takut yang mulai bersarang dihatinya,
takut kehilangan pria itu.
Gadis
itu terus saja menepuk-nepuk pelan kedua pahanya yang masih terbalut jubah
rumah sakit. Berusaha mempertahankan tekatnya untuk bertemu pria itu,
menyampaikan sesuatu pada pria itu.
Memberitahukan bahwa dia akan dapat melihat
kembali karena ada seseorang yang telah mau mendonorkan matanya pada Ha-ra. Dia
tidak tahu siapa orang itu karena dokternya sendiri yang menyembunyikan identitas
pria itu, dia hanya tahu bahwa pria itu perduli pada penderitaannya dan itu
membuatnya bahagia.
Suara
hujan itu seakan menohok hatinya dalam, sadar bahwa pria yang sedari tadi dia
tunggu-tungu pasti tidak akan datang. Dia menangis, meratapi hatinya yang
begitu lemah. Dia kecewa akan pria itu, pria yang tiba-tiba datang kehidupnya
dan dengan tiba-tiba malah menjauh darinya.
Gadis
itu terus saja menangis, tanpa tahu bahwa pria yang sedari tadi ditunggunya sudah
sejak tadi berada persis dibelakangnya.
Pria itu masih saja setia dalam diam, menatap gadis itu denagn intens seakan
berusaha menyimpan wajah gadis itu dalam benaknya.
“Maaf.”
Katanya tanpa bersuara, ada rasa penyesalan yang merasuki hatinya saat melihat
penderitaan gadis itu, dan itu semua karena ulahnya. Karena dirinya sendiri. Dia
menangis melihat gadis itu, hatinya terasa perih.
Bukan
karena dia tidak sadar akan perasaan gadis itu padanya, tetapi banyak hal yang
tak bisa dia ungkapkan pada gadis itu. Dia hanya bisa menjauh, memberikan sedikit
ruang pada gadis itu untuk bisa melupakannya. Dan itu sudah terlambat.
Benar-benar terlambat.
***
Kau
datang dalam hidupku…
Tetapi
lekas saja pergi meninggalkanku…
Apakah kau tidak sadar akan penderitaanku…
Apakah kau tidak sadar akan penderitaanku…
Gadis
itu terus saja menangis histeris ditempatnya, kenyataan yang baru saja
diberitahukan kepadanya semakin menghancurkan hatinya. Pria itu pergi, bukan
saja menjauh darinya, tetapi telah pergi
untuk selama- lamanya.Meninggalkannya
Hatinya
sakit saat dokter memberikan sebuah surat padanya, dan memberitahukan kepadanya
semua tentang pria itu. Pria yang ternyata adalah orang yang dia tabrak saat
itu, pria yang telah lama mengidap kanker dalam hidupnya.Yang saat tu berusaha
kabur dari rumah sakit sampai akhirnya tertabrak oleh dirinya.
Dia
menangis kembali, mengacak-acak rambut kusutnya saat ingatan-ingatan tentang
pria itu terus saja berputar dibenaknya. Dia memukul kepalanya, ada rasa
penyesalan yang begitu dalam tertinggal dihatinya. Bodoh, saat mendapati
dirinya yang tak pernah peka akan kondisi pria itu, tak pernah ingin tahu
tentang pria itu.
Dia
menutup kedua matanya, mata pria itu. Air mata itu kembali mengalir dari kedua
matanya saat dia sadar bahwa orang yang mendonorkan mata itu untuknya adalah
pria itu. Pria yang telah pergi meninggalkannya.
“Kau
benar-benar keterlaluan.” Umpatnya keras, mencampakkan surat yang ditulis pria
itu untuknya. Hatinya sakit saat mengetahui semua hal yang dulu disembunyikan
pria itu, perasaaan pria itu. Dia hancur dalam kebahagiaannya, pria itu benar-benar
melukainya.
“Maaf.”
Katanya berulang kali sebelum akhirnya jatuh pingsan, tak kuat menghadapi
kenyataan itu, kenyataan yang begitu menyakitinya.Tangannya masih setia
menggenggam photo itu, photo pria yang baru saja dia lihat.
Maaf karena menyakitimu…
Maaf karena telah membawamu masuk keduniaku…
Maaf karena telah mencintaimu…
Maaf karena telah membawamu masuk keduniaku…
Maaf karena telah mencintaimu…
Lupakan aku dan
Hiduplah dengan baik…
#Kyuhyun#
***
Kau
meninggalkanku..
Yang masih saja tidak tahu bagaimana wujud dan rupamu…
Yang masih saja tidak tahu bagaimana wujud dan rupamu…
-The
End-
Np: Curhat dikit ne, faktanya si ni cerpen yang belum sempet di kembangkan jadi ff,
jadi kalau ada masukan ending,klimaks atau apalah... sharing aja ama ane -,-
Soalnya ni story bakal di rekap ulang ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar