TITTLE: Sacrificed
LENGTH:
Oneshoot
RATED:
G, 15 +
MAIN
CAST : Kim Jong Woon a.k.a Yesung
Kim Yura
Kim Jong jin
AUTHOR:
@Mizuto Takamiya
TWITTER:
@ElizaPurba
FACEBOOK: Eliza Pricilia
DISCLAIMER:
The idea of fanfiction is from mine.
Let’s
visit my blog :
Mianhae typo bertebaran ^^
#bow
# Story beginning !!!
Author
POV
So why don't you
go your way
And I'll go mine
Live your life,
and I'll live mine
Baby you'll do
well, and I'll be fine
Cause we're
better off, separated
CUP…
Namja itu diam terpaku menatap kejadian
yang bisa dikatakan tak pantas itu. Dia tetap mengfokuskan pandangannya kedalam
ruangan itu, seakan ingin memastikan siapa orang yang dilihatnya. Air mata itu
akhirnya jatuh dan mengalir deras dipipinya saat dia menyadari siapa yang
berada di rungan itu. Gadis itu adalah Yura, kekasih yang sangat dia cintai
tengah asik bercumbu ria dengan namja lain. Air mata itu semakin tak terbendung
saat dia mendapati kenyataan bahwa gadis itu terlihat begitu menikmati kegiatannya itu.
Tubuh namja yang tak lain adalah Yesung
itu begitu saja ambruk saat kenyataan pahit kembali menohok hatinya dalam,
tepat dihari ulang tahunnya. Tak cukup hanya menyaksikan gadis itu berselingkuh
tepat didepan matanya, dia dengan jelas dapat melihat siapa namja yang tengah
asik mencumbui gadis itu. Dan namja itu bukanlah namja asing tetapi adiknya
sendiri, Jong jin. Adik yang selama ini membantunya saat dia sedang terpuruk
tetapi tepat pada hari ini, hari bahagianya, malah ikut membuat hatinya semakin
hancur dalam keterpurukan hatinya.
“Oppa.”
“Hyung.”
Suara pelan dari kedua orang itu kembali
membuat Yesung mendapat fokusnya. Dia mendongakkan wajahnya pelan- pelan,
seakan ingin memastikan kekuatan hatinya untuk bertatap muka dengan 2 orang
yang tengah menatapnya. dia dapat melihat wajah kedua orang yang tengah tepat
berada dihadapannya itu pucat pasi layaknya pencuri yang tengah tertangkap
basah.
“A…aku bisa menjelaskan ini semua, Oppa…”
Suara gadis itu bergetar seakan menegaskan kegugupannya sekarang. Pria itu,
siapa lagi kalau bukan Yesung masih saja menatap mereka dalam diam, pria itu
hanya dapat tersenyum sinis ketika menyadari betapa semberawutnya penampilan
kedua orang itu. Kemeja gadis itu terlihat kusut dengan ketiga kancing atas
yang telah terbuka, hal yang sama juga didapatinya pada namja yang tak lain
adalah adiknya sendiri. Rambut mereka masih acak- acakkan, sekilas saja orang
pasti menyadari apa yang telah terjadi pada kedua orang itu dan hal itu kembali
lagi menyakitinya.
“Hk, tak apa… aku tak memerlukan
penjelasan lagi, ini sudah cukup jelas.” Kata Yesung pelan tak lupa menorehkan
sedikit senyum kaku di bibir mungilnya. Penjelasan
apalagi! Apakah kalian belum puas melukai hatiku? , Jeritnya dalam ati,
entah pada siapa.
“Hyung…” Kata namja yang tak lain adalah
Jong jin, adiknya sendiri. Namja itu senantiasa menatapnya tanpa melanjutkan
perkataannya, seakan ingin memberikan penjelasan lewat tatapan matanya.
Yesung hanya mampu tersenyum lirih
memandang kedua orang itu, dia bangkit berdiri dan hendak pergi dari tempat
itu. Dia tahu bahwa dirinya sudah tak kuat lagi menahan luka di hatinya.
Sekarang , yang diinginkannya hanyalah sendiri, menenangkan dirinya di suatu
tempat, belajar kembali bagaimana caranya bangkit dari keterpurukannya itu.
Dia hanya ingin mengobati luka dihatinya,
tetapi saat kakinya hendak melangkah, dia dapat merasakan cekalan pada
tangannya dan dia sangat menyadari tangan siapa itu. Dia tahu bahwa gadis yang
sekarang tengah berlutut dihadapannya itu adalah pelakunya.
“Mianhae…”
***
If
love was a fire
Then
we have lost the spark
Love
never felt so cold
If
love was a light
Then
we're lost in the dark
Left
with no one to hold
Pria yang tak lain adalah Yesung itu tetap melanjutkan langkah gontainya walau
sesekali dia harus berhenti dan tersenyum pada orang- orang yang menyalaminya
dan mengucapkan ucapan selamat ulang tahun padanya. Dan saat itu dia kembali
tertohok dalam hatinya, saat semua orang peduli padanya, memberikan ucapan
selamat padanya, gadis itu bahkan sama sekali tak mengingat ulang tahunnya dan
memilih hari ini untuk menghancurkan hatinya. Terlebih dengan namja itu,
adiknya sendiri yang jelas- jelas masih tercetak didalam ingatannya,
mengucapkan selamat ulang tahun padanya, mengatakan harapan namja itu pada
hubungannya dengan gadis itu, pagi tadi.
“Heh, ini benar- benar menggelikan…”
Kekehnya keras lebih kepada penghiburan untuk hatinya. Dia berhenti tepat
dibawah sebuah pohon sakura yang tengah berguguran. Namja itu kembali
menitikkan air mata saat tangan mungilnya meraba ukiran yang bertuliskan
namanya dan gadis itu masih tercetak jelas di batang pohon itu.
Dia mengambil sebuah batu dan mengukir
sesuatu di batang pohon itu. Dia menangis, meratapi nasib yang begitu tega
mempermainkannya tepat dihari bahagianya. Dia menangis, mengingat kembali
kenangan- kenangan indahnya bersama gadis itu. Saat ulang tahunnya tahun lalu,
tepat saat diterimanya peryataan cintanya oleh gadis itu. Dia mengukir sebuah
tanda keretakan tepat ditengah ukiran hati yang berada diantara namanya dan
nama gadis itu.
“Tak kusangka akan begini akhirnya…”
Lirihnya lemah sambil meraba sebuah nama yang terukir di pohon itu.
Flashback
Namja yang tak lain Yesung itu masih saja
tetap memasang wajah suram walau sejak tadi teman-temannya telah menyalaminya dan mengucapkan selamat ulang
tahun. Bukan karena kekesalan hatinya kepada adiknya yang telah lancang mengadakan
sebuah party kecil- kecillan di rumah merka dan mengundang semua teman- teman
sekelas mereka tetapi kesuraman hatinya lebih disebabkan oleh penantiannya
terhadap seorang gadis yang sangat diharapkan kedatangannya.
Gadis itu, Yura adalah gadis yang sejak
lama telah diliriknya. Dia sangat mengharapkan kedatangan gadis itu, apalagi
ketika mengingat perjanjian mereka kemarin. Saat dia dengan sangat lancang
mendatangi kelas gadis itu dan mengungkapkan perasaaannya tepat didapan kelas
gadis itu, lengkap dengan penyaksian teman- temannya dan gadis itu tentang
tindakan gilanya. “Aku menyukaimu, Yura-ya ! Jadilah pacarku! Hm, Kau tak perlu
menjawabnya sekarang tetapi jika kau menerima tawaranku datanglah ke rumahku
besok tepat dihari ulang tahunku.”
Dia kembali mengacak- acak rambut cepaknya
saat mengingat kembali betapa gilanya dia kemarin, sedikit saja tak pernah
terlintas di pikirannya untuk melakukan tindakan itu. Dia terkekeh geli.
Dia terus tersenyum sambil sesekali
terkekeh geli membayangkan dirinya kemarin, sampai dia tersadar bahwa gadis
yang sejak tadi ditunggunya telah datang. Sekarang tepat berdiri dihadapannya,
lengkap dengan sebuah bingkisan bersampul biru sapphire yang merupakan salah
satu dari warna kesukaannya. Dia tersenyum lepas dan reflek memeluk gadis yang
tak lain adalah Yura itu.
Dia tak bisa mendefinisikan betapa
bahagianya dia sekarang melihat gadis itu, gadis yang masih tampak sangat
mempesona walau hanya berbalut sebuah gaun sederhana berwarna hitam pekat.
Gadis itu telah menerima penawarannya
kemarin. Gadis itu telah menjadi pacarnya, Gadis itu telah menjadi miliknya
sekarang.
“Happy birthday, Oppa !” Kata gadis itu
pelan yang masih dapat tertangkap oleh pendengarannya karena gadis itu masih
tetap berada di pelukannya. Dia merenggangkan pelukannya dan mengecup dahi
gadis itu lama.
“Gomawo, Ra-ya …” Katanya lembut tanpa
menyadari pandangan gadis itu tak mengarah kepadanya tetapi seseorang yang
berada di belakangnya.
Flashback End
Namja itu terus berjalan gontai menelusuri
jalanan. Wajah namja yang tak lain adalah Yesung itu terlihat kusut. Namja itu
terus saja teringat kejadian itu. Saat gadis itu bersama adiknya datang
kehadapannya dan menjelaskan semua padanya. Semua kebohongan yang telah mereka
simpan dengansangat rapi darinya.
Flashback
Namja itu terus saja memain- mainkan mug
coffeenya dengan malas. Semenjak kejadian itu dia telah kehilangan semangatnya.
Sudah 3 hari sejak hari itu yang dilakukannya hanyalah bermalas- malasan, dia
selalu berusaha menghindar dari gadis itu juga adiknya. Hanya café inilah
tempat yang selalu dikunjunginya. Dia sendiri. Ya, tentu saja kerena dia belum
mampu mempercayai orang lain selain dirinya.
Dia terus menatap tetes- tetes hujan yang
menetes di jendela kafe itu tanpa minat. Dia melamun, tatapannya kosong,
sekilas saja, orang dapat mengerti
betapa sedihnya dia. Dia bisa merasakan meja itu sedikit bergerak, lamunanya
buyar oleh kedua orang yang sudah duduk dihadapannya itu.
“Hyung…” Satu kata yang keluar dari bibir
adiknya itu seakan mengingatkannya pada perbuatan mereka padanya 3 hari yang
lalu. Satu kata itu juga seakan menampar wajahnya keras, menyadarkannya bahwa
betapa pengecutnya dia yang selalu menghindari kedua orang itu. Dia
mendongakkan wajahnya dan dapat melihat tatapan bersalah dari kedua orang yang
tengah menatapnya intens itu. Dia tersenyum lirih.
“Wae?” Katanya to the point kepada kedua
orang itu. Dia bukanlah tipe namja yang suka berbasa- basi apalagi untuk
masalah seserius itu. Dia dapat melihat kedua tangan gadis itu berpangutan erat
dan dia tahu itu adalah salah satu kebiasaan gadis itu saat sedang gugup.
“Mianhae, Oppa…” Kata gadis itu pelan
seakan takut- takut untuk berbicara dengannya. Sedangkan namja yang berada
disamping gadis itu hanya menatap Yesung dengan tatapan bersalah.
“Wae…?” Ulang Yesung lagi, dia masih saja
menatap kedua orang itu dengan intens seakan ingin mengulitinya. Ya, dia memang
sangat ingin menguliti kedua orang itu, tetapi dia tidak bisa karena
bagaimanapun kedua orang itu adalah orang
yang disayanginya.
“Kami telah berhubungan lama sebelum hyung
berpacaran dengan gadis ini, aku yang membuat sandiwara ini untuk
menyenangkanmu, hyung. Karena aku tahu bahwa hyung juga menyukai gadis ini.
Jadi, tolong jangan menyalahkan gadis ini, akulah yang bersalah, Hyung…” Kata
namja yang tak lain adalah Jong jin itu dengan tegas, seakan telah pasrah
menerima apapun hukuman dari kakaknya itu. Yesung hanya menatap mereka berdua
secara bergantian.
“Mianhae, Oppa…” Suara tangisan gadis itu
mengingatkannya kembali akan kenangannya bersama gadis itu saat masih
berpacaran. Dia baru menyadari tetapan sedih yang selalu terpancar jelas dari
gadis itu saat bersamanya. Dia baru menyadari bahwa gadis itu tak pernah
menyatakan perasaannya padanya, Dia baru menyadari betapa bodohnya dia sampai
bisa terjebak dalam permainan cinta yang dibuat oleh adiknya sendiri.
“Mianhae Hyung, tetapi untuk kali ini aku
takkan lagi memberikan gadis ini padamu. Kami saling mencintai.” Kata Jing jin
sambil menggenggam tangan gadis itu, Yesung membuang muka, dia tak tahan
melihat betapa bodohnya dia sampai bisa dengan mudah dipermainkan oleh kedua
orang itu. Dia menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan seakan ingin
mengulur kembali tali kesabaran hatinya, dia tidak boeh lepas kendali saat ini.
Dia memejamkan matanya erat seakan sedanga berdoa, meminta kekuata untuk
hatinya. Dia bisa melihat tatapan gelisah dari kedua orang itu saat dia kembali
membuka matanya.
“Berjanjilah satu hal padaku…” Kata Yesung
melembut sambil mengecap habis coffeenya
yang telah mendingin itu sekilas sebelum kembali melanjutkan perkataannya.
“Berjanjilah untuk tetap bersama, untuk
tetap saling mencintai.” Lirih namja itu lembut, lebih kepada permohonannya
kepada kedua orang itu. Dia tak memungkiri bahwa ada perasaan bersalah yang
merasuk dalam hatinya karena telah menjadi orang ketiga dalam hubungan kedua
orang itu.
Dia memegang erat kedua tangan gadis dan
adiknya itu, dia tersenyum tulus, senyum
pertama yang terlihat diwajahnya sejak kejadian waktu itu. Dia bangkit berdiri
dan mengusap kepala kedua orang itu sebelum dia pergi meninggalkan kedua orang
itu.
“Aku sangat menyayangi kalian berdua, Jadi
berbahagialah…” Katanya mengakhiri pembicaraan mereka sambil tersenyum tulus untuk kedua kalinya sebelum dia benar-
benar pergi meninggalkan kedua orang yang tengah menangis menatap kepergiannya.
Flashback End
I
will not make the same mistakes that you did
I
will not let myself cause my heart so much misery
I
will not break the way you did
You
fell so hard
I
learned the hard way, to never let it get that far
***
Gadis itu terus saja memandangi ukiran
namanya dengan namja itu dengan sedih… Entah apa yang dipikirkannya sekarang
tetapi yang jelas ada perasaan bersalah yang mendalam pada namja yang namanya
terukir di bawah pohon itu… Air matanya kembali jatuh entah untuk keberapa
kalinya… Dia tak pernah berpikir betapa baiknya namja itu, betapa perdulinya
namja itu padanya… Kalau saja dia tahu dia pasti akan menyayangi namja itu
dengan sepenuh hati walau hanya sebagai seorang kakak.
Lamunan Gadis itu begitu saja buyar ketika
sebuah tangan memeluknya erat dari belakang. Dia tahu siapa itu, adik namja yang selama ini
diberlakukannya dengan dingin, Jong jin yakni kekasihnya.
“Kau masih merasa bersalah?” Kata namja
itu lembut masih tetap memeluknya.
“Ye, aku memang sangat bersalah padanya..”
Serak gadis itu pelan sambil terus memandang ukiran namanya dan namja yang tak
lain adalah Yesung itu. Dia bahkan sangat mengingat kenangan mereka saat dia
dan namja itu mengukir nama mereka di pohon itu, tepatnya bukan dia tetapi
namja itu karna di hanya tersenyum kaku saat itu.
“Hyung memang orang yang sangat baik.”
Kata namja yang tak lain adalah Jongjin itu bangga. Dia tak pernah bisa
menyembunyikan kekagumannya kepada Yesung… Yesung telah dianggapnya sebagai
ayahnya bukan lagi kakaknya.
“Ye, bahkan dia sampai merelakan
kebahagiannya hanya demi kebahagian kita…” Kata gadis itu menyahuti perkataan
dari Jong jin. Dia memejamkan matanya erat dan berharap dalam hati agar suatu
saat dia bisa membalas kebahagiaan namja itu.
“Aku yakin dia akan mendapatkan
kebahagiaannya kelak…” Kata Jongjin sambil merenggangkan pelukannya, beralih
dengan menggemgam tangan gadis itu…
“Pasti, dan gadis yang akan mendapatkannya
pasti akan sangat beruntung…” Sahut gadis itu pelan sambil mengayun-ayunkan
genggaman tangannya dan tangan namja itu.
***
Namja
yang tak lain adalah Yesung itu terus
saja berjalan gontai. Dia masih saja kesal kepada dirinya yang begitu bodoh sampai
bisa masuk perangkap yang dibuat adiknya itu. Dia terkekeh geli membayangkan
bagaimana reaksi adiknya saat dia tengah bermesraan dengan gadis itu, Pasti itu akan terlihat sangat mengasikkan! , bisiknya dalam hati, berusaha untuk mengobati
luka di hati yang yang belum juga sembuh.
Namja itu kembali menendang kaleng bekas
entah untuk kesekian kalinya… Dia ingin mencurahkan perasaannya pada kaleng-
kaleng yang tak bersalah itu. Andai saja
aku mendapatkan gadis yang benar- benar menyukaiku, andai saja gadis itu dapat
membahagiakanku… Aku berjanji takkan melepasnya dan akan selalu
membahagiakannya… Harapnya dalam hati sambil menatap langit biru yang telah
nampak cerah sekarang, dia kembali menendang kaleng bekas yang dihadapannya.
Andai
saja aku lebih beruntung… Harapnya dalam hati saat menendang kaleng itu.
Dia kembali berjalan tanpa memperhatikan sekelilingnya. Bahka dia tak menyadari
ada seorang gadis yang tengah mengumpat kesal kepadanya. Sampai…
PLETAK!!!
“YAK, namja kurang ajar, tak tahu malu. Mau kemana kau?” Suara garang itu begitu saja memberhentikan
langkahnya. Dia merasa kesal. Kepala sakit terkena lemparan kaleng dari orang
itu, dia memutar tubuhnya kearah belakang. Mengumpat kesal, seakan dia sangat
dendam pada orang yang telah membuat kepalanya menjadi sakit.
Dia kaget saat langsung dihadapkan dengan
wajah garang seorang gadis yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.
Dia g ugup.
“Yak, Kenapa kau malah bengong, babo..,”
Kata gadis asing itu sambil menginjak keras salah satu kakinya, Dia meringis
kesakitan tetapi beberapa detik kemudian langsung mengganti raut wajahnya saat
sadar betapa bahagianya gadis itu menertawainya.
“Yak, Apa maksudmu, gadis babo?” Katanya sinis. Dia dapat melihat perubahan
raut wajah gadis itu yang kembali terlihat menyeramkan.
“Kau yang babo sampai- sampai menendang
kaleng bekas kekepalaku…” Kata gadis itu garang yang seketika membuatnya mati
kutu. Dia dapat dengan jelas jidat gadis itu sedikit membengkak oleh
perbuatannya dan entah kenpa dia mendapat kepuasan tersendiri.
“YAK!!!” Kesal gadis itu sambil terus
menatapnya garang. Namja itu hanya tertawa menanggapi kemarahan gidis itu. Ya,
tertawa untuk pertama kalinya sejak saat itu.
“Gadis yang unik…”
Because
of you
I
never stray too far from the sidewalk
Because
of you
I
learned to play on the safe side so I don't get hurt
Because
of you
I
tried my hardest just to forget everything
Because
of you
I
don't know how to let anyone else in
Because
of you
I'm
ashamed of my life because it's empty
Because
of you
I
am afraid
END
Happy
Birthday Yesung Oppa
…
Please
correction !!!
Gomawo
for Read…
Sedih banget..... --__--
BalasHapus