Pengertian Lempar Lembing …
Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing. Lempar yang
berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan lembing adalah tongkat yang
berujung runcing yang dibuang jauh-jauh (Munasifah, 2008:4). Lempar lembing
adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga atletik yang
menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar
sejauh-jauhnya (PASI, 1988:43). Selanjutnya Jerver (1996:142) Menjelaskan bahwa
“Lempar lembing adalah suatu gerakan antara sentuhan tangan dengan menggunakan
benda yang berbentuk panjang berusaha untuk melempar sejauh mungkin”. Untuk
memperoleh jauhnya lemparan diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak serta sudut
pada saat lembing meninggalkan tangan.
Pengertian lempar
lembing tidaklah lengkap kalau tidak diketahui sejarah atau riwayat
perkembangan lempar lembing sebagai salah satu cabang atletik. Munasifah
(2008:4-5) Menjelaskan Bahwa “lempar lembing berawal dari kegiatan manusia
zaman dahulu dalam berburu binatang yang sering menggunakan lembing dalam
berburu mangsanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memakan binatang
hasil buruannya”. Lempar lembing pada zaman modern sudah menjadi olahraga yang
diperlombakan, namun memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengertian atau
pengetahuan tentang kejadian pada masa lampau, melainkan untuk menentukan
langkah-langkah pada masa yang akan datang.
Teknik-teknik Lempar Lembing…
Cara
Memegang Lembing
Cara memegang lembing yang baik
dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Kalau dilihat
pada struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai
tempat pegangan yang dianjurkan, karena pada sekitar itu terdapat titik berat
lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memegang
lembing ada tiga macam yaitu: pegangan cara Amerika (American Style), cara
Firlandia (Firlandia Style), cara Jepit Tang (Tank Style). Lebih jelas dapat
dilihat gambar di bawah ini.
Pegangan
cara American adalah ibu jari dan jari telunjuk saling bertemu di
belakang balutan atau lilitan lembing. Cara ini lebih mudah dilakukan sehingga
cocok bagi atlet pemula, secara umum bukan hanya atlet pemula saja yang
menggunakan pegangan American akan tetapi di kalangan masyarakat
maupun kalangan pendidikan pada umumnya menggunakan pegangan cara American, karna
daya dorongnya yang dilakukan ibu jari dan jari telunjuk lebih tinggi (Hasan,
2003:259)
Pegangan cara American ini
lebih mudah dilakukan oleh pemula di bandingkan cara pegangan Firlandia yang
sebagian kecil dilakukan oleh atlet elit saja, namun secara umum dua cara
pegangan tersebut masih digunakan sampai dengan sekarang karena memiliki daya
dorong yang sangat kuat cuma yang membedakan hanya pada teknik pegangan saja.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pegangan
cara Firlandia adalah ibu jari dan jari tengah bertemu di belakang
balutan atau lilitan lembing sedangkan jari telunjuk agak lurus dengan batang
lembing. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pegangan
cara jepit tang (Tank Style) adalah pegangan dimana jari telunjuk dan jari
tengah menjepit lembing tepat di belakang tempat pegangan. Pegangan ini
terdapat kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan Jonath dkk (1988:81)
bahwa “Pegangan tank mencegah terjadinya luka pada siku, karena pelencengan
(pegangan kesehatan) tetapi lilitan tipis seperti yang diharuskan sering
menyebabkan masalah pada waktu melempar”. Untuk lebih jelas dapat dilihat
gambar dibawah ini:
Dari tiga cara
pegangan di atas sebenarnya tergantung pada pelempar itu sendiri untuk memilih
mana yang lebih cocok. Hal ini sesuai pendapat Guthrie (1993:177) bahwa “Ketiga
cara memegang lembing tidak ada satupun dari cara tersebut yang lebih baik dari
pada yang lain, seseorang atlet harus memilih salah satu jenis pegangan yang
cocok dan paling pas untuknya setelah melalui latihan untuk tiap-tiap jenis
pegangan”. Selanjutnya Muhajir (2007:145) mengatakan bahwa “Pelempar dapat
memilih cara mana yang cocok baginya, cara manapun yang dipilih oleh pelempar
harus dapat memberikan pegangan yang enak, dapat mengendalikan jalan serta arah
lemparan dengan tepat, dan dapat menyalurkan tenaga dengan tepat pula”.
Cara Membawa Lembing
Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat
erat kaitannya dengan cara membawa lembing, sesuai yang dikemukakan Hasan
(2003:260) bahwa “Cara apapun bisa dilakukan untuk membawa lembing, asalkan
tidak mengganggu kecepatan berlari”. Jadi dalam membawa lembing yang sering
biasa dilakukan para pelempar adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu
dengan posisi mata lembing serong ke atas, maupun serong ke bawah dan posisi
mendatar dalam posisi tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks.
Ada juga yang membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan
lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap
selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat kecepatan awalan yang
optimal (Suherman, 2001:214). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:
Cara Awalan
Lari Lempar lembing
Awalan adalah gerakan permulaan dalam
melempar lembing. Awalan dilakukan dengan cara langkah dan lari
menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna
membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan.
Awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan
lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi
lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir
awalan terdiri dari langkah silang atau sering di sebut dengan “cross steps”.
Pada bagian awalan-akhir ini kita mengenal beberapa cara, di antaranya: a).
Dengan jingkat (hop-steps), b). Dengan langkah silang di depan (cross-steps),
c). Langkah silang di belakang (rear cross-steps). Sedangakan mengenai panjang
awalan seperti dikemukakan Ballesteros (1993:117) bahwa “Panjang lintasan
awalan harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi
tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm”.
Peralihan (cross steps), saat kaki kiri diturunkan, kedua bahu
diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau
diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan titik pusat
gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan lari.
Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah belakang
diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri,
dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran
kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bagian
bawah serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua
mata selalu lurus kedepan. Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah
ditekuk diakhir langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut
bergerak maju, dan bukalah kedua tungkai dengan cara melangkahkan kaki kiri
selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap
menghadap ke samping dan pastikan lembing masih dipegang dengan baik di
belakang dengan tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu.
Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas
agar ekor lembing tidak kenak tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat
menyilang dada (Suherman, 2001:215).
Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran
kedua pinggul ke depan dimulai, ditandai oleh sebuah putaran ke dalam kaki
kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan tungkai. Segera bahu kiri dibuka,
siku kanan diputar ke arah luar atas dan lembing diluruskan di atas lengan dan
bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul kemudian dengan memutar kaki kanan ke
dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga
menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot
depan (Suherman, 2001:216).
Cara
Melempar Lembing
Pada
saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa kebelakang
dengan tangan lurus diputar kedalam, badan direbahkan kebelakang dengan lutut
kaki kanan, kemudian bersamaan dengan membengkokkan siku. Lembing dibawa
secepat-cepatnya keatas kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing
dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala kedepan sehingga tangan lurus dan
dibantu dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan kedepan,
kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong
pangkal lilitan tali lembing (Hasan, 1993:85-86). lebih jelas dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Pengertian Lempar Lembing …
Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing. Lempar yang
berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan lembing adalah tongkat yang
berujung runcing yang dibuang jauh-jauh (Munasifah, 2008:4). Lempar lembing
adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga atletik yang
menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar
sejauh-jauhnya (PASI, 1988:43). Selanjutnya Jerver (1996:142) Menjelaskan bahwa
“Lempar lembing adalah suatu gerakan antara sentuhan tangan dengan menggunakan
benda yang berbentuk panjang berusaha untuk melempar sejauh mungkin”. Untuk
memperoleh jauhnya lemparan diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak serta sudut
pada saat lembing meninggalkan tangan.
Pengertian lempar
lembing tidaklah lengkap kalau tidak diketahui sejarah atau riwayat
perkembangan lempar lembing sebagai salah satu cabang atletik. Munasifah
(2008:4-5) Menjelaskan Bahwa “lempar lembing berawal dari kegiatan manusia
zaman dahulu dalam berburu binatang yang sering menggunakan lembing dalam
berburu mangsanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memakan binatang
hasil buruannya”. Lempar lembing pada zaman modern sudah menjadi olahraga yang
diperlombakan, namun memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengertian atau
pengetahuan tentang kejadian pada masa lampau, melainkan untuk menentukan
langkah-langkah pada masa yang akan datang.
Teknik-teknik Lempar Lembing…
Cara
Memegang Lembing
Cara memegang lembing yang baik
dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Kalau dilihat
pada struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai
tempat pegangan yang dianjurkan, karena pada sekitar itu terdapat titik berat
lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memegang
lembing ada tiga macam yaitu: pegangan cara Amerika (American Style), cara
Firlandia (Firlandia Style), cara Jepit Tang (Tank Style). Lebih jelas dapat
dilihat gambar di bawah ini.
Pegangan
cara American adalah ibu jari dan jari telunjuk saling bertemu di
belakang balutan atau lilitan lembing. Cara ini lebih mudah dilakukan sehingga
cocok bagi atlet pemula, secara umum bukan hanya atlet pemula saja yang
menggunakan pegangan American akan tetapi di kalangan masyarakat
maupun kalangan pendidikan pada umumnya menggunakan pegangan cara American, karna
daya dorongnya yang dilakukan ibu jari dan jari telunjuk lebih tinggi (Hasan,
2003:259)
Pegangan cara American ini
lebih mudah dilakukan oleh pemula di bandingkan cara pegangan Firlandia yang
sebagian kecil dilakukan oleh atlet elit saja, namun secara umum dua cara
pegangan tersebut masih digunakan sampai dengan sekarang karena memiliki daya
dorong yang sangat kuat cuma yang membedakan hanya pada teknik pegangan saja.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pegangan
cara Firlandia adalah ibu jari dan jari tengah bertemu di belakang
balutan atau lilitan lembing sedangkan jari telunjuk agak lurus dengan batang
lembing. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pegangan
cara jepit tang (Tank Style) adalah pegangan dimana jari telunjuk dan jari
tengah menjepit lembing tepat di belakang tempat pegangan. Pegangan ini
terdapat kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan Jonath dkk (1988:81)
bahwa “Pegangan tank mencegah terjadinya luka pada siku, karena pelencengan
(pegangan kesehatan) tetapi lilitan tipis seperti yang diharuskan sering
menyebabkan masalah pada waktu melempar”. Untuk lebih jelas dapat dilihat
gambar dibawah ini:
Dari tiga cara
pegangan di atas sebenarnya tergantung pada pelempar itu sendiri untuk memilih
mana yang lebih cocok. Hal ini sesuai pendapat Guthrie (1993:177) bahwa “Ketiga
cara memegang lembing tidak ada satupun dari cara tersebut yang lebih baik dari
pada yang lain, seseorang atlet harus memilih salah satu jenis pegangan yang
cocok dan paling pas untuknya setelah melalui latihan untuk tiap-tiap jenis
pegangan”. Selanjutnya Muhajir (2007:145) mengatakan bahwa “Pelempar dapat
memilih cara mana yang cocok baginya, cara manapun yang dipilih oleh pelempar
harus dapat memberikan pegangan yang enak, dapat mengendalikan jalan serta arah
lemparan dengan tepat, dan dapat menyalurkan tenaga dengan tepat pula”.
Cara Membawa Lembing
Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat
erat kaitannya dengan cara membawa lembing, sesuai yang dikemukakan Hasan
(2003:260) bahwa “Cara apapun bisa dilakukan untuk membawa lembing, asalkan
tidak mengganggu kecepatan berlari”. Jadi dalam membawa lembing yang sering
biasa dilakukan para pelempar adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu
dengan posisi mata lembing serong ke atas, maupun serong ke bawah dan posisi
mendatar dalam posisi tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks.
Ada juga yang membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan
lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap
selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat kecepatan awalan yang
optimal (Suherman, 2001:214). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:
Cara Awalan
Lari Lempar lembing
Awalan adalah gerakan permulaan dalam
melempar lembing. Awalan dilakukan dengan cara langkah dan lari
menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna
membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan.
Awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan
lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi
lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir
awalan terdiri dari langkah silang atau sering di sebut dengan “cross steps”.
Pada bagian awalan-akhir ini kita mengenal beberapa cara, di antaranya: a).
Dengan jingkat (hop-steps), b). Dengan langkah silang di depan (cross-steps),
c). Langkah silang di belakang (rear cross-steps). Sedangakan mengenai panjang
awalan seperti dikemukakan Ballesteros (1993:117) bahwa “Panjang lintasan
awalan harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi
tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm”.
Peralihan (cross steps), saat kaki kiri diturunkan, kedua bahu
diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau
diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan titik pusat
gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan lari.
Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah belakang
diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri,
dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran
kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bagian
bawah serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua
mata selalu lurus kedepan. Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah
ditekuk diakhir langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut
bergerak maju, dan bukalah kedua tungkai dengan cara melangkahkan kaki kiri
selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap
menghadap ke samping dan pastikan lembing masih dipegang dengan baik di
belakang dengan tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu.
Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas
agar ekor lembing tidak kenak tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat
menyilang dada (Suherman, 2001:215).
Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran
kedua pinggul ke depan dimulai, ditandai oleh sebuah putaran ke dalam kaki
kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan tungkai. Segera bahu kiri dibuka,
siku kanan diputar ke arah luar atas dan lembing diluruskan di atas lengan dan
bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul kemudian dengan memutar kaki kanan ke
dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga
menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot
depan (Suherman, 2001:216).
Cara
Melempar Lembing
Pada
saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa kebelakang
dengan tangan lurus diputar kedalam, badan direbahkan kebelakang dengan lutut
kaki kanan, kemudian bersamaan dengan membengkokkan siku. Lembing dibawa
secepat-cepatnya keatas kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing
dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala kedepan sehingga tangan lurus dan
dibantu dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan kedepan,
kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong
pangkal lilitan tali lembing (Hasan, 1993:85-86). lebih jelas dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Cara
Melepaskan Lembing
Gerakan
pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa
bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula bahu melempar
secara aktif di bawa kedepan dan lengan pelampar diputar, sedangkan siku mendorong
ke atas. Pelepasan lembing itu terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari
tangan pada sudut lemparan kira-kira 45 derajat dengan suatu gerakan
seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah,
pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan
pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh
condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk dan
memblok selama pelepasan lembing. (Muller, 2000:147-148-149). Untuk lebih jelas
dapat dilihat gambar di bawah ini:
Saat
melempar lembing diperlukan keseimbangan badan untuk mempertahankan posisi
tubuh ketika melempar agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan
diskwalifikasi. Tubuh mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan
memusatkannya pada satu kaki tumpuan, keseimbangan dipengaruhi oleh letak
segmen-segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar lembing maka moment gaya
juga harus kita perbesar sebab semakin besar moment gaya maka gaya yang
dihasilkan juga akan semakin besar, sehingga dapat menghasilkan lemparan yang
jauh. Semakin besar power kita dalam melempar maka akan semakin besar pula
kecepatan benda tersebut.
Sikap Badan
Setelah Melempar Lembing
Setelah
kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat kebelakang
lemas lalu badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemas
kemudian tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat
keperut dan tangan kiri lemas kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing
sampai jatuh (Hasan, 1993:85). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Lempar Lembing …
Pelempar lembing adalah seseorang yang mempunyai
daya ledak otot lengan bahu yang besar dan mempunyai kekuatan serta ketepatan
langkah dalam melakukan awalan sebelum lembing dilepaskan (Adisasmita, 1986:7).
Oleh karena itu pelempar yang tidak mempunyai ketepatan dalam melangkah sama
halnya tidak mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Unsur
dasar dari suatu prestasi lempar lembing adalah ketepatan dalam melangkah pada
saat awalan, hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan
seseorang untuk melempar sejauh mungkin. Disamping itu faktor utama yang harus
diperhatikan adalah cara pegangan dan unsur fisik seperti kekuatan, kelentukan,
kecepatan dan daya ledak otot. Komponen-komponen ini tidak boleh diabaikan oleh
pelempar, pelatih termasuk juga guru penjas dalam mengajar.
Kemudian faktor lain yang mempengaruhi hasil lempar
lembing adalah kesalahan dalam melakukan lemparan, ada beberapa kesalahan yang
sering terjadi ketika melakukan lempar lembing, yaitu sebagai berikut: 1).
Kecepatan lari tidak diatur meningkat. Dari awal larinya cepat terus atau
sebaliknya terlalu lambat, 2). Sewaktu lari, lembing didiamkan saja, 3).
Setelah langkah silang, pelempar berhenti dahulu, 4). Kaki kanan tidak
dikencangkan, 5). Lemparan tidak diikuti siku kanan, 6). Kaki kiri tidak
dilangkahkan pada saat akan melempar, 7). Lepasnya lembing tidak melewati atas
pundak kanan, 8). Sudut lempar kurang atau terlalu besar, 9). Tidak dapat
memelihara keseimbangan (Munasifah, 2008:20).
Peraturan Umum
Dalam Lempar Lembing …
Peralatan Lembing
Lembing terdiri tiga bagian yaitu mata lembing,
badan lembing dan tali pegangan. Badan lembing terbuat dari metal dan mata
lembing yang lancip terpasang ujung depan yang panjang. Peraturan tentang
spesifikasi lembing putra dan putri adalah sangat komplek, dalam rangka
menjamin melayang dan menancapnya lembing yang sah. Manager Teknik harus
berhati-hati dalam menjamin bahwa semua lembing yang akan digunakan dalam suatu
perlombaan harus memenuhi semua peraturan dan ketentuan yang ditetapkan. Berat
lembing untuk putra adalah 800 gram, sedangkan lembing putri 600 gram. Panjang
lembing untuk putra adalah 2.60 – 2.70 m, sedangkan panjang lembing putri 2.20
– 2.30 m.
Pada perlombaan atletik seperti Olimpiade, Kejuaran
Dunia atau regional. Hanya lembing yang disediakan oleh Panitia Penyelenggara
yang boleh digunakan. Namun pada perlombaan yang lebih kecil, peserta boleh
menggunakan lembingnya sendiri, asalkan lembing tersebut telah diperiksa dan
diberi tanda sebagai tanda sah oleh Panitia Penyelenggara sebelum perlombaan
dimulai dan boleh digunakan oleh peserta yang lain (Ballesteros, 1993:117).
Lintasan Awalan Lempar Lembing
Panjang
lintasan awalan lempar lembing harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang
dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar
garis 5 cm (Ballesteros, 1993:117).
Lengkung Batas Lempar Lembing
Lengkung
lempar dibuat dari kayu atau meta dicat putih dipasang datar dengan tanah, dan
merupakan suatu busur atau lengkung suatu sirkel yang bergaris tengah radius 8
m. Garis lengkungnya sendiri selebar 7 cm. Garis sepanjang 0.75 m dibuat
sebagai perpanjangan dari lengkung lempar dan siku-siku terhadap garis paralel
lintasan lari awalan (Ballesteros, 1993:117).
Sektor Lemparan
Garis
ini terkait dengan sisi dalam garis paralel lintasan awalan yang ditarik dari
titik pusat lengkung batas lempar dengan sudut 29o (Ballesteros,
1993:117).
Penilaian Lempar Lembing
Penilaian
dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih, untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar dan bendera merah untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari
tanda yang terdekat dengan kepala lembing, sampai ke bagian dalam ujung
lingkaran lalu mengukur antara tanda tersebut. Kemudian beberapa unsur
penilaian dalam lempar lembing adalah cara memegang lembing dan pendaratan atau
jatuhnya lembing (Munasifah,2008:7). Selanjutnya tentang penilaian Muhajir
(2007:149) mengatakan “Lemparan sah bila mata lembing menancap atau menggores
tanah di sektor lemparan, lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh
lengkung lemparan, atau garis 1,5 meter samping atau menyentuh tanah di depan
lengkung lemparan”. Lebih lanjut Ballesters (1993:117) menjelaskan bahwa “Suatu
lemparan dianggap sah bila mata lembing harus menyentuh tanah sebelum bagian
lembing yang lain, dan jatuh sepenuhnya di dalam atau di sisi dalam dari sektor
pendaratan lembing
Peraturan Lempar Lembing …
Sejumlah peraturan yang harus dipahami dalam olahraga lempar lembing, sebagai
berikut:
1.
Saat melempar, lembing wajib dipegang tepat pada bagian
pegangannya dan wajib juga dilempar di atas bahu atau bagian paling atas dari
tubuh si atlit. Lembing juga harus dilempar sama seperti prinsip bandul. Adapun
gaya non-ortodox tidak lagi diijinkan untuk digunakan.
2.
Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah apabila bagian mata
lembing tidak menggores tanah terlebih dahulu dibanding bagian lembing lainnya.
3.
Saat atlit hendak memulai awalan, ia tidak diperkenankan memotong
sebuah garis.
4.
Lemparan dianggap tidak sah apabila sang atlit menyentuh wilahay
badan garis lempar, atau garis perpanjangan.
5.
Saat lembing telah melaju, sang pelempar tidak diperkenankan
membelakangi sektor lemparan dengan cara memutar tubuhnya.
6.
Sang atlit tidak diperkenankan meninggalkan jalur awalan sebelum
lembing yang ia lepaskan tadi belum tiba di permukaan.
Sumber :
Cara
Melepaskan Lembing
Gerakan
pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa
bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula bahu melempar
secara aktif di bawa kedepan dan lengan pelampar diputar, sedangkan siku mendorong
ke atas. Pelepasan lembing itu terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari
tangan pada sudut lemparan kira-kira 45 derajat dengan suatu gerakan
seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah,
pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan
pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh
condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk dan
memblok selama pelepasan lembing. (Muller, 2000:147-148-149). Untuk lebih jelas
dapat dilihat gambar di bawah ini:
Saat
melempar lembing diperlukan keseimbangan badan untuk mempertahankan posisi
tubuh ketika melempar agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan
diskwalifikasi. Tubuh mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan
memusatkannya pada satu kaki tumpuan, keseimbangan dipengaruhi oleh letak
segmen-segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar lembing maka moment gaya
juga harus kita perbesar sebab semakin besar moment gaya maka gaya yang
dihasilkan juga akan semakin besar, sehingga dapat menghasilkan lemparan yang
jauh. Semakin besar power kita dalam melempar maka akan semakin besar pula
kecepatan benda tersebut.
Sikap Badan
Setelah Melempar Lembing
Setelah
kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat kebelakang
lemas lalu badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemas
kemudian tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat
keperut dan tangan kiri lemas kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing
sampai jatuh (Hasan, 1993:85). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Lempar Lembing …
Pelempar lembing adalah seseorang yang mempunyai
daya ledak otot lengan bahu yang besar dan mempunyai kekuatan serta ketepatan
langkah dalam melakukan awalan sebelum lembing dilepaskan (Adisasmita, 1986:7).
Oleh karena itu pelempar yang tidak mempunyai ketepatan dalam melangkah sama
halnya tidak mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Unsur
dasar dari suatu prestasi lempar lembing adalah ketepatan dalam melangkah pada
saat awalan, hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan
seseorang untuk melempar sejauh mungkin. Disamping itu faktor utama yang harus
diperhatikan adalah cara pegangan dan unsur fisik seperti kekuatan, kelentukan,
kecepatan dan daya ledak otot. Komponen-komponen ini tidak boleh diabaikan oleh
pelempar, pelatih termasuk juga guru penjas dalam mengajar.
Kemudian faktor lain yang mempengaruhi hasil lempar
lembing adalah kesalahan dalam melakukan lemparan, ada beberapa kesalahan yang
sering terjadi ketika melakukan lempar lembing, yaitu sebagai berikut: 1).
Kecepatan lari tidak diatur meningkat. Dari awal larinya cepat terus atau
sebaliknya terlalu lambat, 2). Sewaktu lari, lembing didiamkan saja, 3).
Setelah langkah silang, pelempar berhenti dahulu, 4). Kaki kanan tidak
dikencangkan, 5). Lemparan tidak diikuti siku kanan, 6). Kaki kiri tidak
dilangkahkan pada saat akan melempar, 7). Lepasnya lembing tidak melewati atas
pundak kanan, 8). Sudut lempar kurang atau terlalu besar, 9). Tidak dapat
memelihara keseimbangan (Munasifah, 2008:20).
Peraturan Umum
Dalam Lempar Lembing …
Peralatan Lembing
Lembing terdiri tiga bagian yaitu mata lembing,
badan lembing dan tali pegangan. Badan lembing terbuat dari metal dan mata
lembing yang lancip terpasang ujung depan yang panjang. Peraturan tentang
spesifikasi lembing putra dan putri adalah sangat komplek, dalam rangka
menjamin melayang dan menancapnya lembing yang sah. Manager Teknik harus
berhati-hati dalam menjamin bahwa semua lembing yang akan digunakan dalam suatu
perlombaan harus memenuhi semua peraturan dan ketentuan yang ditetapkan. Berat
lembing untuk putra adalah 800 gram, sedangkan lembing putri 600 gram. Panjang
lembing untuk putra adalah 2.60 – 2.70 m, sedangkan panjang lembing putri 2.20
– 2.30 m.
Pada perlombaan atletik seperti Olimpiade, Kejuaran
Dunia atau regional. Hanya lembing yang disediakan oleh Panitia Penyelenggara
yang boleh digunakan. Namun pada perlombaan yang lebih kecil, peserta boleh
menggunakan lembingnya sendiri, asalkan lembing tersebut telah diperiksa dan
diberi tanda sebagai tanda sah oleh Panitia Penyelenggara sebelum perlombaan
dimulai dan boleh digunakan oleh peserta yang lain (Ballesteros, 1993:117).
Lintasan Awalan Lempar Lembing
Panjang
lintasan awalan lempar lembing harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang
dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar
garis 5 cm (Ballesteros, 1993:117).
Lengkung Batas Lempar Lembing
Lengkung
lempar dibuat dari kayu atau meta dicat putih dipasang datar dengan tanah, dan
merupakan suatu busur atau lengkung suatu sirkel yang bergaris tengah radius 8
m. Garis lengkungnya sendiri selebar 7 cm. Garis sepanjang 0.75 m dibuat
sebagai perpanjangan dari lengkung lempar dan siku-siku terhadap garis paralel
lintasan lari awalan (Ballesteros, 1993:117).
Sektor Lemparan
Garis
ini terkait dengan sisi dalam garis paralel lintasan awalan yang ditarik dari
titik pusat lengkung batas lempar dengan sudut 29o (Ballesteros,
1993:117).
Penilaian Lempar Lembing
Penilaian
dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih, untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar dan bendera merah untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari
tanda yang terdekat dengan kepala lembing, sampai ke bagian dalam ujung
lingkaran lalu mengukur antara tanda tersebut. Kemudian beberapa unsur
penilaian dalam lempar lembing adalah cara memegang lembing dan pendaratan atau
jatuhnya lembing (Munasifah,2008:7). Selanjutnya tentang penilaian Muhajir
(2007:149) mengatakan “Lemparan sah bila mata lembing menancap atau menggores
tanah di sektor lemparan, lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh
lengkung lemparan, atau garis 1,5 meter samping atau menyentuh tanah di depan
lengkung lemparan”. Lebih lanjut Ballesters (1993:117) menjelaskan bahwa “Suatu
lemparan dianggap sah bila mata lembing harus menyentuh tanah sebelum bagian
lembing yang lain, dan jatuh sepenuhnya di dalam atau di sisi dalam dari sektor
pendaratan lembing
Peraturan Lempar Lembing …
Sejumlah peraturan yang harus dipahami dalam olahraga lempar lembing, sebagai
berikut:
1.
Saat melempar, lembing wajib dipegang tepat pada bagian
pegangannya dan wajib juga dilempar di atas bahu atau bagian paling atas dari
tubuh si atlit. Lembing juga harus dilempar sama seperti prinsip bandul. Adapun
gaya non-ortodox tidak lagi diijinkan untuk digunakan.
2.
Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah apabila bagian mata
lembing tidak menggores tanah terlebih dahulu dibanding bagian lembing lainnya.
3.
Saat atlit hendak memulai awalan, ia tidak diperkenankan memotong
sebuah garis.
4.
Lemparan dianggap tidak sah apabila sang atlit menyentuh wilahay
badan garis lempar, atau garis perpanjangan.
5.
Saat lembing telah melaju, sang pelempar tidak diperkenankan
membelakangi sektor lemparan dengan cara memutar tubuhnya.
6.
Sang atlit tidak diperkenankan meninggalkan jalur awalan sebelum
lembing yang ia lepaskan tadi belum tiba di permukaan.
Sumber :