Politik luar negeri pada Orde Baru
banyak dianggap sebagai antitesa dari politik luar negeri Orde Lama yang
bersifat revolusioner dan tegas. Pada era ini, sifat dan sikap
politik luar negeri ndonesia mengalami sejarah dinamika yang panjang. Soeharto
sebagai putra dari garis pertahanan NKRI memiliki karakter.
Kepemimpinan
Berbeda dengan Soekarno yang hangat dan
populer, Soeharto cenderung muncul sebagai sosok yang formal dan tidak hangat
dalam bergaul. Hal ini justru menjadikan tindakan yang diambil Soeharto dalam
kebijakan politik luar negeri Indonesia cenderung efisien dan tidak pandang
bulu. Gaya kepemimpinannya sangat terpusat dan banyak mengerahkan militer
sebagai garda utama. Hal ini kemudian membawa pada sistem kenegaraan yang
cenderung otoriter dan tersentralisasi.
Pada tahun 1965 hingga 1980-an,
politik luar negeri Indonesia cenderung bersifat low profile tanpa
banyak manufer namun konsisten. Namun ketika memasuki pertengahan 1980-an
hingga 1998, politik luar negeri Indonesia kembali menunjukkan sifat high
profile yang aktif namun tidak menentu.
Banyak
perubahan arah yang dilakukan Soeharto terkait politik luar negeri Indonesia
terutama melalui sisi pendekatan yang dipilih. Sejumlah kebijakan yang
konfrontatif yang dulu banyak diambil pada era Orde Lama kemudian dialihkan
menjadi kebijakn yang cenderung bersahabat. Dimulai dengan penandatanganan
persetujuan normalisasi hubungan Indonesia – Malaysia pada 11 Agustus 1966 di
Jakarta. Kemudian dilanjutkan dengan aktifnya kembali keanggotaan Indonesia di
PBB dan pemberian usulan tentang pembentukan sebuah hubungan
persahabatan di antara negara- negara di Asia Tenggara dalam sebuah
forum kerjasama bernama ASEAN. Meskipun pada awalnya terdapat keraguan dari
beberapa negara seperti Malaysia dan Filipina terhadap usulan Indonesia
ini, namun pada akhirnya mereka setuju sehingga dapat terbentuklah ASEAN
seperti yang saat ini berdiri.
Soeharto banyak melakukan perbaikan
hubungan luar negeri Indonesia terutama dengan pihak
Barat. Pemerintahan Orde Baru yang mendukung pembangunan ekonomi
menyadari kebutuhan akan bantuan dan dukungan dari negara- negara Barat.
Sehingga profil keras yang muncul pada rezim sebelumnya diganti dengan
profi yang lebih lunak dan bersahabat dengan negara-negara
Barat. Hasilnya, pemerintah Orde Baru mendapatkan dukungan dari
berbagai negara Barat yanglebih diarahkan kepada pembangunan ekonomi dalam
negeri. Pertengahan tahun 1980-an kemudian menjadi momen
dimana Indonesia berhasil menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi
dikawasan Asia Tenggara. Bahkan Indonesia sempat disebut sebagai the next
asian tiger dalam pembangunan
ekonomi akibatdominasinya di kawasan Asia Tenggara dan juga
dalam kerjasama ASEAN. Pendekatan low profile ini juga mengubah citra
Indonesia menjadi negara yang bersahabat dan dapat dipercaya. Tak pelak
kemudian sejumlah prestasi pernahdiraih Indonesia berkaitan dengan
politik luar negeri, antara lain ketua Organisasi Konferensi Islam (OKI),
ketua Gerakan Non Blok dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Namun di sisi lain, Indonesia justru
membekukan hubungan dengan negara- negara komunis terutama China berkaitan
dengan peristiwa G 30 S PKI yang kelam di akhir masa kepemimpinan
Soekarno. Walaupun demikian pada tahun 1990, Indonesia membuka kembali
hubungan dengan China karena alasan ekonomi. Kebijakan ini diambil untuk
meredam sentiment dalam negeri terhadap komunis dan juga membuka hubungan baik
dengan Barat.
Sayangnya, sikap low
profile dalam kebijakan politik ternyata tidak terjadi di dalam negeri.
Pemerintahan Soeharto memiliki sikap yang sangat tegas dan keras terhadap
rakyat Indonesia dan menyebabkan demokrasi mati di dalam negeri. Sentralisasi
dalam pemerintahan terjadi dan lambat laun memicu banyak perpecahan di tubuh
NKRI. Terjadi banyak gerakan separatis seperti di Timor- Timur, Aceh dan Irian
Jaya yang disikapi dengan gerakan represif dari militer. Hal inilah yang
kemudian menjadi hambatan dalam perkembangan politik luar negeri Indonesia pada
era Orde Baru. Diplomasi professional yang awalnya sudah konsisten dijalani
Indonesia kemudian bergeser menjadi security diplomacy yang
menempatkan tokoh- tokoh militer sebagai duta besar negara. Pada titik inilah
militer benar- benar banyak berperan dalam politik lyar negeri Orde Baru yang
kemudian menjadi high profile.
Secara
umum, keberhasilan yang berhasil diraih dalam era Orde Baru antara lain:
1.
Perbaikan citra Indonesia sebagai negara yang stabil secara ekonomi dan politik
2.
Perbaikan citra Indonesia sebagai negara yang bersahabat dan tidak konfrontatif
3.
Indonesia berhasil menginisiasi berdirinya organisasi regional Asia Tenggra,
ASEAN
4.
Indonesia berhasil meraih posisi ketua di Organisasi Konferensi
Islam (OKI), Gerakan Non Blok dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
5.
Perbaikan hubungan luar negeri Indonesia dengan negara- negara Barat dan
negara- negara tetangga
6.
Banyak dukungan ekonomi yang mengalir ke dalam negeri sehingga tercipta
stabilitas ekonomi nasional
Hambatan
yang kemudian muncul pada masa Orde Baru antara lain:
1.
Isu disintegrasi nasional memicu pada instabilitas politik
2.
Kurangnya kepercayaan internasional terhadap Indonesia yang sudah stabil
membuat proses perbaikan citra berjalan bertahap
3.
Demokrasi yang masih tersendat di dalam negeri
4.
Terdapat gesekan- gesekan horizontal yang ditekan secara represif dengan
kekuatan militer
5.
Perekonomian yang tiba- tiba collapse membuat Indonesia kembali tidak
stabil secara ekonomi dan politik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar