Translate

Rabu, 29 Oktober 2014

Peninggalan- peninggalan Kebudayaan Islam


Peninggalan- peninggalan Kebudayaan Islam

Masjid Banten


Masjid Agung Banten - Selain sebagai tempat ibadah, ia telah menjadi obyek wisata, ziarah, pendidikan, penelitian dan kebudayaan (foto: M. Ichsan H).


Sisi menarik pertama dari bangunan utama masjid, yang dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Demak yang juga putra pertama Sunan Gunung Jati, itu adalah atapnya yang tumpuk lima. Menurut tradisi, rancangan bangunan utama masjid yang beratap tumpuk lima ini dipercayakan kepada arsitek Cina bernama Cek Ban Cut. Selain jumlah tumpukan, bentuk dan ekspresinya juga menampilkan keunikan yang tidak ditemui kesamaannya dengan masjid-masjid di sepanjang Pulau Jawa, bahkan di seluruh Indonesia.

Hanya lukisan Masjid Jepara sekitar abad ke-16 yang dibuat Wouter Schouten dalam Reistogt Naar en Door Oostindien dan dipublikasikan pertama kali pada tahun 1676 serta dicetak ulang tahun 1780 memperlihatkan masjid beratap tumpuk lima. Masjid yang lukisannya pernah dipublikasikan Francois Valentijn dalam Oude en nieuw Oost-Indien itu memperlihatkan idiom pagoda Cina, baik dari bentuk, ekspresi, hingga ukirannya.

Masjid Demak

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat mempercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajar ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro (Yulianingsih, 2010: 194). Sehingga dapat diketahui oleh kita bahwa pembangunan masjid Demak itu didirikan oleh Wali Songo. Dapat di pastikan bahwa Wali Songo memiliki peran penting dalam pembuatan masjid Demak pada saat itu. Sebelum membangun masjid Demak pastinya memiliki latar belakang mengapa masjid demak dibangun?. Dan tahapan-tahapan sebelum masjid tersebut di dirikan.

 Pada pertengahan abad ke-15 demikian kata sejarah masjid Demak tatkala penduduk di Jawa belum banyak yang menganut agama Islam dan kebanyakannya adalah pengikut-pengikut agama Budha, maka oleh mubalik Islam yaitu para Wali yang sembilan itu di pikirkan mengadakan tempat yang tetap untuk penyiaran dan penerangan agama. Pada waktu itu surau dan langgar belum terdapat di Jawa (Aboebakar, 1955: 163). Para Wali yang kesembilan itu memikirkan jalan keluar bagaimana cara menyiarkan agama Islam ke seluruh pulau Jawa. Sedangkan masyarakat Jawa pada saat itu kebanyakan menganut agama Hindu-Budha.

Makam Walisongo



Jawa Timur terkenal kaya akan obyek wisata sejarah, provinsi ini menyimpan potensi luar biasa untuk wisata minat khusus tersebut. Dari Sembilan Wali (Walisongo), lima berada di Jawa Timur, yaitu Sunan Ampel di Surabaya, Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan dan Sunan Bonang di Tuban.
Makam Maulana Malik Ibrahim – Gresik

Makam ini selalu banyak dikunjungi para peziarah, ada beberapa hal yang menarik pada makam yang terletak di Desa Gapuro Sukolilo, Gresik ini. Terdapat inskripsi yang dituliskan pada jirat/batu nisan marmer makam, serta bangunanya bernuansa klasik sehingga menimbulkan kesan magis. Setiap tanggal 12 Rabiulawal, digelar ritual khaul Syekh Maulana Ibrahim, ribuan orang mengikuti zikir bersama melafazkan asma Allah SAW.
Di tempat ini tersedia fasilitas berupa aula sebagai tempat beristirahat pada peziarah, tempat parker mobil serta MCK. Sarana transportasi dapat ditempuh dengan segala jenis kendaraan, apabila peziarah menggunakan kendaraan umum, rutenya adalah Surabaya – Jembatan Merah – Gresik/Sentolan lokasi makam/Ds.Gapuro.
Makam Sunan Ampel

Sunan Ampel berlokasi di Jl. KH. Mas Mansyur/Ampel – Surabaya, bangunan klasiknya memiliki nilai-nilai luhur, terdapat juga bangunan masjid beduk serta sumur yang airnya dipercaya dapat menyembukan berbagai macam penyakit. Khaul Sunan Ampel dilaksanakan seminggu sebelum puasa.
Di sekitar kawasan makan, dijual souvenir, barang kebutuhan sholat, disediakan juga rumah makan yang dikenal dengan makanan khas Arabnya ataupun barang-barang lainnya di sekitar lokasi makam.
Makam Sunan Giri

Terletak di bukit Giri, Desa Giri-Kebomas, Gresik, makam ini memiliki daya tarik dalam sisi bangunannya. Bangunan makam induk Kanjeng Sunan Giri terletak pada batur (trap) yang paling atas dan berada dalam sebuah cungkup yang beratap sirap berbentuk bujur sangkar, dinding temboknya terbuat dari kapur dengan hiasan ukiran timbul. Area pintu masuk dihiasi naga bermahkota yang sisiknya berupa daun-daunan/bunga, ekornya mencuat keatas menghiasi kusen pintu. Tidak hanya itu, pusaka berupa keris juga dilestarikan di makam ini.
Makam Sunan Drajat

Sunan Drajat yang juga dikenal dengan nama Syarifudin atau Raden Qosim memperoleh pendidikan yang cukup, beliau pindah ke desa Jelak, desa yang berada di kecamatan Paciran, Lamongan ini kemudian dikenal dengan sebutan Drajat. Sunan Drajat juga menggunakan gamelan sebagai media penyebaran agama islam. Ia juga menciptakan gending pangkur untuk menarik perhatian masyarakat sekitar. Beberapa instrumen-instrumen ini dilestarikan di sebuah museum kecil dekat makam Sunan Drajat di desa Drajat – Kecamatan Paciran – Kabupaten Lamongan.
Makam Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel, Sunan Bonang bermukim di Tuban untuk menyebarkan agama islam. Ia menggunakan alat musik gamelan “Bonang” dalam menyebarkan agama islam. Sunan Bonang juga berperan membimbing Sunan Kalijaga menjadi anggota Walisongo. Makam Sunan Bonang terdapat di Tuban, Jawa Timur.

Ketiga kota tersebut yakni Lamongan, Gresik dan Tuban, dapat ditempuh antara satu sampai empat jam perjalanan dari Surabaya, sehingga bagi mereka yang ingin berziarah ke makam Walisongo, dapat menginap di hotel-hotel yang banyak tersebar di Surabaya, terdapat hotel melati sampai hotel berbintang. 

Peninggalan- peninggalan Kebudayaan Buddha


Peninggalan- peninggalan Kebudayaan Buddha

Candi Badut


Candi Badut merupakan peninggalan Prabu Gajayana, penguasa di Kerajaan Kanjuruhan. Candi ini diperkirakan memiliki usia lebih dari 1400 tahun, didirikan pada tahun 760 Masehi.

Candi Badut berasal dari bahasa sansekerta yaitu bha-dyut yang berarti sorot bintang canopus atau sorot agastya. Candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang yang berasal dari Belanda yaitu Maureen Brencher. Pertama kali ditemukan, candi ini terlihat hanya gundukan bukit batu, reruntuhan, serta tanah. Namun, setelah dilakukan pemugaran, ternyata bangunan candi itu memang sudah runtuh, yang tersisa hanya bagian kaki. Sisa-sisa dari candi ini ada beberapa arca, yakni arca Ganesha, arca Agastya, serta arca Mahakal dan Nadiswara. Hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa.

Candi ini pernah direhab sebanyak dua kali pada tahun 1925-1926 dan 1990-1991. Kini, candi tersebut dijadikan tempat obyek wisata yang memiliki denah persegi. Selain itu di candi ini sering diadakan upacara keagamaan bagi pemeluk ajaran agama Hindhu.




Candi Badut



Situs candi Jago adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Singhasari yang terletak di desa Jago, kecamatan Tumpang, sekitar 22 Km dari arah kota Malang.

 Pada awal mulanya, candi ini bernama Jayaghu dan merupakan salah satu candi pendarmaan atau makam bagi Maharaja Wisnuwardhana. Namun, jika dilihat dari bentuk arsitekturnya, candi ini memiliki unsur arsitektur dan pengaruh dari Majapahit. Hal ini bisa di telisik dari bukti sejarah bahwa pada tahun 1272 Saka atau 1350 Masehi, candi ini pernah diperbaiki oleh Adityawarman dan mengalami beberapa pemugaran pada kurun waktu akhir Majapahit di pertengahan abad ke 15.

 Dilihat dari bentuk arsitekturnya, Candi Jago memiliki persamaan bentuk dengan punden berundak yang merupakan ciri bangunan religi dari zaman megalithikum yang mengalami kebangkitan kembali pada massa akhir majapahit. Pada keseluruhan bangunan memiliki panjang sekitar 23,71 M, lebar 14 M dan tinggi 9, 97 M. Karena pengaruh waktu, candi Jago telah mengalami banyak perubahan dan tidak utuh lagi. Meskipun demikian, pesona dan kewibaan era masa lampau masih bisa terlihat dengan jelas saat mengunjungi candi ini.





Candi Ngawen


Terletak di tengah permukiman penduduk di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Candi Ngawen adalah candi Buddha peninggalan zaman Mataram Kuno.

Ditemukan Belanda tahun 1911, candi bercorak Buddha tersebut terdiri dari lima bangunan yang berderet menghadap timur dan membentuk sebuah komplek. Terdiri dari dua candi induk dan tiga candi apit. Kelimanya diapit oleh patung empat singa yang seakan menjaga candi, yang kini tepat berada di simpang jalan aspal desa setempat. Ada pula semacam gapura yang berjarak sekitar dua meter di depan gerbang masuk utama.
Candi identik dengan relief. Dan, relief yang dapat ditemui di Candi Ngawen diantaranya menggambarkan kisah tentang penghibur dewa kayangan yang dikenal dengan nama Kinnara Kinnari dan relief dewa waktu Kalamakara.

Diperkirakan, Candi Ngawen dulunya adalah bangunan suci yang pernah disebutkan dalam Prasasti Karang Tengah pada tahun 824. Candi Ngawen dijuluki pula candi peralihan. Sebab diperkirakan candi ini dibangun pada abad ke-8, saat Dinasti Syailendra (Buddha) dan Dinasti Rakaipikatan (Hindu) berkuasa. Walaupun dibangun oleh dua dinasti berbeda tetapi Candi Ngawen tetap dikategorikan sebagai candi Buddha. Cirinya, terdapat stupa dan teras berundak yang merupakan simbol-simbol yang dipakai oleh candi Buddha.


Peninggalan- peninggalan Kebudayaan Hindu

Peninggalan- peninggalan Kebudayaan Hindu

Candi Prambanan

   Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

    Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.




Candi Borobudur


Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.

Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Candi Penataran



Candi Penataran, adalah sebuah candi berlatar belakang Hindu yang telah ada sejak kerajaan Kediri dan digunakan sampai era kerajaan Majapahit.

Komplek candi Penataran ini merupakan komplek candi terbesar di Jawa Timur dan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud. Terletak pada ketinggian 450 M dari permukaan laut, komplek candi Penataran ini terletak di desa Panataran, kecamatan Nglegok, Blitar.


Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815, dan belum banyak dikenal sampai tahun 1850. Komplek candi ini ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang merupakan Letnan Gubernur Jendral pada masa kolonial Inggris di Indonesia pada waktu itu.

Politik Luar negeri pada Orde Baru

            Politik luar negeri pada Orde Baru banyak dianggap sebagai antitesa dari politik luar negeri Orde Lama yang bersifat  revolusioner dan tegas. Pada era ini, sifat dan sikap politik luar negeri ndonesia mengalami sejarah dinamika yang panjang. Soeharto sebagai putra dari garis pertahanan NKRI memiliki karakter.
Kepemimpinan  Berbeda dengan Soekarno yang hangat dan populer, Soeharto cenderung muncul sebagai sosok yang formal dan tidak hangat dalam bergaul. Hal ini justru menjadikan tindakan yang diambil Soeharto dalam kebijakan politik luar negeri Indonesia cenderung efisien dan tidak pandang bulu. Gaya kepemimpinannya sangat terpusat dan banyak mengerahkan militer sebagai garda utama. Hal ini kemudian membawa pada sistem kenegaraan yang cenderung otoriter dan tersentralisasi.

            Pada tahun 1965 hingga 1980-an, politik luar negeri Indonesia cenderung bersifat low profile tanpa banyak manufer namun konsisten. Namun ketika memasuki pertengahan 1980-an hingga 1998, politik luar negeri Indonesia kembali menunjukkan sifat high profile yang aktif namun tidak menentu.
Banyak perubahan arah yang dilakukan Soeharto terkait politik luar negeri Indonesia terutama melalui sisi pendekatan yang dipilih. Sejumlah kebijakan yang konfrontatif yang dulu banyak diambil pada era Orde Lama kemudian dialihkan menjadi kebijakn yang cenderung bersahabat. Dimulai dengan penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia – Malaysia pada 11 Agustus 1966 di Jakarta. Kemudian dilanjutkan dengan aktifnya kembali keanggotaan Indonesia di PBB dan pemberian usulan tentang pembentukan sebuah hubungan persahabatan di antara negara- negara di Asia Tenggara dalam sebuah forum kerjasama bernama ASEAN. Meskipun pada awalnya terdapat keraguan dari beberapa negara seperti Malaysia dan Filipina terhadap usulan Indonesia ini, namun pada akhirnya mereka setuju sehingga dapat terbentuklah ASEAN seperti yang saat ini berdiri.

            Soeharto banyak melakukan perbaikan hubungan luar negeri Indonesia terutama dengan pihak Barat. Pemerintahan Orde Baru yang mendukung pembangunan ekonomi menyadari kebutuhan akan bantuan dan dukungan dari negara- negara Barat. Sehingga profil keras yang muncul pada rezim sebelumnya diganti dengan profi yang lebih lunak dan bersahabat dengan negara-negara Barat. Hasilnya, pemerintah Orde Baru mendapatkan dukungan dari berbagai negara Barat yanglebih diarahkan kepada pembangunan ekonomi dalam negeri. Pertengahan tahun 1980-an kemudian menjadi momen dimana Indonesia berhasil menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dikawasan Asia Tenggara. Bahkan Indonesia sempat disebut sebagai the next asian tiger dalam pembangunan ekonomi akibatdominasinya di kawasan Asia Tenggara dan juga dalam kerjasama ASEAN. Pendekatan low profile ini juga mengubah citra Indonesia menjadi negara yang bersahabat dan dapat dipercaya. Tak pelak kemudian sejumlah prestasi pernahdiraih Indonesia berkaitan dengan politik luar negeri, antara lain ketua Organisasi Konferensi Islam (OKI), ketua Gerakan Non Blok dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

            Namun di sisi lain, Indonesia justru membekukan hubungan dengan negara- negara komunis terutama China berkaitan dengan peristiwa G 30 S PKI yang kelam di akhir masa kepemimpinan Soekarno. Walaupun demikian pada tahun 1990, Indonesia membuka kembali hubungan dengan China karena alasan ekonomi. Kebijakan ini diambil untuk meredam sentiment dalam negeri terhadap komunis dan juga membuka hubungan baik dengan Barat.
           
            Sayangnya, sikap low profile dalam kebijakan politik ternyata tidak terjadi di dalam negeri. Pemerintahan Soeharto memiliki sikap yang sangat tegas dan keras terhadap rakyat Indonesia dan menyebabkan demokrasi mati di dalam negeri. Sentralisasi dalam pemerintahan terjadi dan lambat laun memicu banyak perpecahan di tubuh NKRI. Terjadi banyak gerakan separatis seperti di Timor- Timur, Aceh dan Irian Jaya yang disikapi dengan gerakan represif dari militer. Hal inilah yang kemudian menjadi hambatan dalam perkembangan politik luar negeri Indonesia pada era Orde Baru. Diplomasi professional yang awalnya sudah konsisten dijalani Indonesia kemudian bergeser menjadi security diplomacy yang menempatkan tokoh- tokoh militer sebagai duta besar negara. Pada titik inilah militer benar- benar banyak berperan dalam politik lyar negeri Orde Baru yang kemudian menjadi high profile.

Secara umum, keberhasilan yang berhasil diraih dalam era Orde Baru antara lain:
1. Perbaikan citra Indonesia sebagai negara yang stabil secara ekonomi dan politik
2. Perbaikan citra Indonesia sebagai negara yang bersahabat dan tidak konfrontatif
3. Indonesia berhasil menginisiasi berdirinya organisasi regional Asia Tenggra, ASEAN
4. Indonesia berhasil meraih posisi ketua di Organisasi Konferensi Islam (OKI), Gerakan Non Blok dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
5. Perbaikan hubungan luar negeri Indonesia dengan negara- negara Barat dan negara- negara tetangga
6. Banyak dukungan ekonomi yang mengalir ke dalam negeri sehingga tercipta stabilitas ekonomi nasional

Hambatan yang kemudian muncul pada masa Orde Baru antara lain:
1. Isu disintegrasi nasional memicu pada instabilitas politik
2. Kurangnya kepercayaan internasional terhadap Indonesia yang sudah stabil membuat proses perbaikan citra berjalan bertahap
3. Demokrasi yang masih tersendat di dalam negeri
4. Terdapat gesekan- gesekan horizontal yang ditekan secara represif dengan kekuatan militer
5. Perekonomian yang tiba- tiba collapse membuat Indonesia kembali tidak stabil secara ekonomi dan politik

Kabinet Kerja Jokowi-JK

 Ane langsung aja dah ke topik. Ini ni nama-nama menteri yang masuk dalam kabenet kerja Jokowi-JK

  1. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral: Sudirman Said
  2. Menteri Pariwisata: Arief Yahya
  3. Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti
  4. Menteri Perhubungan: Ignasius Jonan
  5. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman: Indroyono Soesilo
  6. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas: Andrinof Chaniago
  7. Menteri Sekretaris Negara: Pratikno
  8. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi
  9. Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudiantara
  10. Menteri Hukum dan HAM: Yasonna H Laoly
  11. Menteri Pertahanan: Ryamizard Ryacudu
  12. Menteri Luar Negeri: Retno Lestari Priansari Marsudi
  13. Menteri Dalam Negeri: Tjahjo Kumolo
  14. Menteri Koordinator Bidang Polhukam: Tedjo Edy Purdijatno
  15. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Sofjan Djalil
  16. Menteri Keuangan: Bambang Brodjonegoro
  17. Menteri BUMN: Rini M Soemarno
  18. Menteri Koperasi dan UMKM: Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga
  19. Menteri Perindustrian: M Saleh Husin
  20. Menteri Perdagangan: Rachmat Gobel
  21. Menteri Pertanian: Amran Sulaiman
  22. Menteri Ketenagakerjaan: Hanif Dhakiri
  23. Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadi Muljono
  24. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya
  25. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan
  26. Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani
  27. Menteri Agama: Lukman Hakim Saefuddin
  28. Menteri Kesehatan: Nila F Moeloek
  29. Menteri Sosial: Khofifah Indar Parawansa
  30. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yohanan Yambise
  31. Menteri Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah: Anies Baswedan
  32. Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi: M Nasir
  33. Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi
  34. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Ja’far

Curhat Abal-abal

Hari ini kehilangan kesempatan emas.

Hanya menemukan beberapa kebahagiaan, dibalik banyak rintang kesialan.

Dimulai dari nilai yang meningkat, lalu kehilangan keberuntungan untuk "bersalaman" dengan orang no.1 di  Indonesia. Tu cerita dimulai dari kunjungan Pak Jokowi ke Tanah Karo untuk melihat sikon (Situasi dan Kondisi) para pengungsi gunung Sinabung. Dan ane tu tinggal di Kabanjahe. Kesempatan bagus kan untuk lihat Pak presiden dan rombongan secara langsung. Yahhhh, emang sampai situ masih bagus sih kadar keberuntungan ane. Titik sialnya tu muncul, saat pak presiden udah lewat dari sekolah ane. Saat tu teman " yang serombongan ama ane gak pada pede buat susulin tu rombongan ke TEMPAT PEGUNGSI DAN MILIH UNTUK PULANG !!!! akhirnya ane juga ikutan  pulang deh. Dan beberapa jam setelahnya, tepatnya saat ane kembali ke sekolah untuk mengikuti les sore, Eh Tahunya teman" yang GAK SEROMBONGAN AMA ANE #Catet penrgi nyusul ke tempat pengungsiaan dan dapet pengalaman yang berharga menurut ane. Mereka berhasil bersalaman ama pak presiden. Dan sempet"nya ngerekam tu momenttttt. Ngiri bangettttttttt.
  Sial! tapi mau bagaimana lagi.

Dan kesialan satu persatu mulai bermuculan, mulai dari otak yang mapet di jam Kimia les, gak beres jawab pertanyaan.....

Gak apalah, namanya aja udah nasib..... mungkin ada saat di masa depan, dimana ane bisa bertemu lagi dengan Bapak tu bahkan tak hanya bersalaman aja  #nyemangatin diri sendiri

Aminnnnnnnnnnn..... perjalanan masih panjang.....



#Curhat gak jelas
#ABAIKAN ^^

>>>>> 

Kamis, 16 Januari 2014

Ringkasan menganai Lempar Lembing...

Pengertian Lempar Lembing …
          
         Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing. Lempar yang berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan lembing adalah tongkat yang berujung runcing yang dibuang jauh-jauh (Munasifah, 2008:4). Lempar lembing adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga atletik yang menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar sejauh-jauhnya (PASI, 1988:43). Selanjutnya Jerver (1996:142) Menjelaskan bahwa “Lempar lembing adalah suatu gerakan antara sentuhan tangan dengan menggunakan benda yang berbentuk panjang berusaha untuk melempar sejauh mungkin”. Untuk memperoleh jauhnya lemparan diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak serta sudut pada saat lembing meninggalkan tangan.

Pengertian lempar lembing tidaklah lengkap kalau tidak diketahui sejarah atau riwayat perkembangan lempar lembing sebagai salah satu cabang atletik. Munasifah (2008:4-5) Menjelaskan Bahwa “lempar lembing berawal dari kegiatan manusia zaman dahulu dalam berburu binatang yang sering menggunakan lembing dalam berburu mangsanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memakan binatang hasil buruannya”. Lempar lembing pada zaman modern sudah menjadi olahraga yang diperlombakan, namun memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengertian atau pengetahuan tentang kejadian pada masa lampau, melainkan untuk menentukan langkah-langkah pada masa yang akan datang.

Teknik-teknik Lempar Lembing…

Cara Memegang Lembing
            
    Cara memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Kalau dilihat pada struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat pegangan yang dianjurkan, karena pada sekitar itu terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memegang lembing ada tiga macam yaitu: pegangan cara Amerika (American Style), cara Firlandia (Firlandia Style), cara Jepit Tang (Tank Style). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini.


             Pegangan cara American adalah ibu jari dan jari telunjuk saling bertemu di belakang balutan atau lilitan lembing. Cara ini lebih mudah dilakukan sehingga cocok bagi atlet pemula, secara umum bukan hanya atlet pemula saja yang menggunakan pegangan American akan tetapi di kalangan masyarakat maupun kalangan pendidikan pada umumnya menggunakan pegangan cara American, karna daya dorongnya yang dilakukan ibu jari dan jari telunjuk lebih tinggi (Hasan, 2003:259)                       
        Pegangan cara American ini lebih mudah dilakukan oleh pemula di bandingkan cara pegangan Firlandia yang sebagian kecil dilakukan oleh atlet elit saja, namun secara umum dua cara pegangan tersebut masih digunakan sampai dengan sekarang karena memiliki daya dorong yang sangat kuat cuma yang membedakan hanya pada teknik pegangan saja. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:




                Pegangan cara Firlandia adalah ibu jari dan jari tengah bertemu di belakang balutan atau lilitan lembing sedangkan jari telunjuk agak lurus dengan batang lembing. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


                     Pegangan cara jepit tang (Tank Style) adalah pegangan dimana jari telunjuk dan jari tengah menjepit lembing tepat di belakang tempat pegangan. Pegangan ini terdapat kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan Jonath dkk (1988:81) bahwa “Pegangan tank mencegah terjadinya luka pada siku, karena pelencengan (pegangan kesehatan) tetapi lilitan tipis seperti yang diharuskan sering menyebabkan masalah pada waktu melempar”. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar dibawah ini:

             
          Dari tiga cara pegangan di atas sebenarnya tergantung pada pelempar itu sendiri untuk memilih mana yang lebih cocok. Hal ini sesuai pendapat Guthrie (1993:177) bahwa “Ketiga cara memegang lembing tidak ada satupun dari cara tersebut yang lebih baik dari pada yang lain, seseorang atlet harus memilih salah satu jenis pegangan yang cocok dan paling pas untuknya setelah melalui latihan untuk tiap-tiap jenis pegangan”. Selanjutnya Muhajir (2007:145) mengatakan bahwa “Pelempar dapat memilih cara mana yang cocok baginya, cara manapun yang dipilih oleh pelempar harus dapat memberikan pegangan yang enak, dapat mengendalikan jalan serta arah lemparan dengan tepat, dan dapat menyalurkan tenaga dengan tepat pula”. 

Cara Membawa Lembing    
                                                                            
Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat erat kaitannya dengan cara membawa lembing, sesuai yang dikemukakan Hasan (2003:260) bahwa “Cara apapun bisa dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu kecepatan berlari”. Jadi dalam membawa lembing yang sering biasa dilakukan para pelempar adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas, maupun serong ke bawah dan posisi mendatar dalam posisi tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Ada juga yang membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat kecepatan awalan yang optimal (Suherman, 2001:214). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:



Cara Awalan Lari Lempar lembing
             
        Awalan adalah gerakan permulaan dalam melempar lembing. Awalan  dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan.
             
         Awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan terdiri dari langkah silang atau sering di sebut dengan “cross steps”. Pada bagian awalan-akhir ini kita mengenal beberapa cara, di antaranya: a). Dengan jingkat (hop-steps), b). Dengan langkah silang di depan (cross-steps), c). Langkah silang di belakang (rear cross-steps). Sedangakan mengenai panjang awalan seperti dikemukakan Ballesteros (1993:117) bahwa “Panjang lintasan awalan harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm”.
             
        Peralihan (cross steps),  saat kaki kiri diturunkan, kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan titik pusat gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan lari. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri, dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bagian bawah serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan. Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk diakhir langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut bergerak maju, dan bukalah kedua tungkai dengan cara melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke samping dan pastikan lembing masih dipegang dengan baik di belakang dengan tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas agar ekor lembing tidak kenak tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada (Suherman, 2001:215).
             
         Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan dimulai, ditandai oleh sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan tungkai. Segera bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas dan lembing diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul kemudian dengan memutar kaki kanan ke dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot depan (Suherman, 2001:216).

Cara Melempar Lembing
             
        Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa kebelakang dengan tangan lurus diputar kedalam, badan direbahkan kebelakang dengan lutut kaki kanan, kemudian bersamaan dengan membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya keatas kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala kedepan sehingga tangan lurus dan dibantu dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan kedepan, kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing (Hasan, 1993:85-86). lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Pengertian Lempar Lembing …
          
         Lempar lembing terdiri dari dua kata yaitu lempar dan lembing. Lempar yang berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan lembing adalah tongkat yang berujung runcing yang dibuang jauh-jauh (Munasifah, 2008:4). Lempar lembing adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga atletik yang menggunakan alat bulat panjang yang berbentuk tombak dengan cara melempar sejauh-jauhnya (PASI, 1988:43). Selanjutnya Jerver (1996:142) Menjelaskan bahwa “Lempar lembing adalah suatu gerakan antara sentuhan tangan dengan menggunakan benda yang berbentuk panjang berusaha untuk melempar sejauh mungkin”. Untuk memperoleh jauhnya lemparan diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak serta sudut pada saat lembing meninggalkan tangan.

Pengertian lempar lembing tidaklah lengkap kalau tidak diketahui sejarah atau riwayat perkembangan lempar lembing sebagai salah satu cabang atletik. Munasifah (2008:4-5) Menjelaskan Bahwa “lempar lembing berawal dari kegiatan manusia zaman dahulu dalam berburu binatang yang sering menggunakan lembing dalam berburu mangsanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memakan binatang hasil buruannya”. Lempar lembing pada zaman modern sudah menjadi olahraga yang diperlombakan, namun memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengertian atau pengetahuan tentang kejadian pada masa lampau, melainkan untuk menentukan langkah-langkah pada masa yang akan datang.

Teknik-teknik Lempar Lembing…

Cara Memegang Lembing
            
    Cara memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Kalau dilihat pada struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat pegangan yang dianjurkan, karena pada sekitar itu terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memegang lembing ada tiga macam yaitu: pegangan cara Amerika (American Style), cara Firlandia (Firlandia Style), cara Jepit Tang (Tank Style). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini.
             Pegangan cara American adalah ibu jari dan jari telunjuk saling bertemu di belakang balutan atau lilitan lembing. Cara ini lebih mudah dilakukan sehingga cocok bagi atlet pemula, secara umum bukan hanya atlet pemula saja yang menggunakan pegangan American akan tetapi di kalangan masyarakat maupun kalangan pendidikan pada umumnya menggunakan pegangan cara American, karna daya dorongnya yang dilakukan ibu jari dan jari telunjuk lebih tinggi (Hasan, 2003:259)                       
        Pegangan cara American ini lebih mudah dilakukan oleh pemula di bandingkan cara pegangan Firlandia yang sebagian kecil dilakukan oleh atlet elit saja, namun secara umum dua cara pegangan tersebut masih digunakan sampai dengan sekarang karena memiliki daya dorong yang sangat kuat cuma yang membedakan hanya pada teknik pegangan saja. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

                Pegangan cara Firlandia adalah ibu jari dan jari tengah bertemu di belakang balutan atau lilitan lembing sedangkan jari telunjuk agak lurus dengan batang lembing. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
                     Pegangan cara jepit tang (Tank Style) adalah pegangan dimana jari telunjuk dan jari tengah menjepit lembing tepat di belakang tempat pegangan. Pegangan ini terdapat kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan Jonath dkk (1988:81) bahwa “Pegangan tank mencegah terjadinya luka pada siku, karena pelencengan (pegangan kesehatan) tetapi lilitan tipis seperti yang diharuskan sering menyebabkan masalah pada waktu melempar”. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar dibawah ini:
             
          Dari tiga cara pegangan di atas sebenarnya tergantung pada pelempar itu sendiri untuk memilih mana yang lebih cocok. Hal ini sesuai pendapat Guthrie (1993:177) bahwa “Ketiga cara memegang lembing tidak ada satupun dari cara tersebut yang lebih baik dari pada yang lain, seseorang atlet harus memilih salah satu jenis pegangan yang cocok dan paling pas untuknya setelah melalui latihan untuk tiap-tiap jenis pegangan”. Selanjutnya Muhajir (2007:145) mengatakan bahwa “Pelempar dapat memilih cara mana yang cocok baginya, cara manapun yang dipilih oleh pelempar harus dapat memberikan pegangan yang enak, dapat mengendalikan jalan serta arah lemparan dengan tepat, dan dapat menyalurkan tenaga dengan tepat pula”. 

Cara Membawa Lembing    
                                                                            
Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat erat kaitannya dengan cara membawa lembing, sesuai yang dikemukakan Hasan (2003:260) bahwa “Cara apapun bisa dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu kecepatan berlari”. Jadi dalam membawa lembing yang sering biasa dilakukan para pelempar adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas, maupun serong ke bawah dan posisi mendatar dalam posisi tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Ada juga yang membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat kecepatan awalan yang optimal (Suherman, 2001:214). Lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:

Cara Awalan Lari Lempar lembing
             
        Awalan adalah gerakan permulaan dalam melempar lembing. Awalan  dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan.
             
         Awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan terdiri dari langkah silang atau sering di sebut dengan “cross steps”. Pada bagian awalan-akhir ini kita mengenal beberapa cara, di antaranya: a). Dengan jingkat (hop-steps), b). Dengan langkah silang di depan (cross-steps), c). Langkah silang di belakang (rear cross-steps). Sedangakan mengenai panjang awalan seperti dikemukakan Ballesteros (1993:117) bahwa “Panjang lintasan awalan harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm”.
             
        Peralihan (cross steps),  saat kaki kiri diturunkan, kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan titik pusat gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan lari. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri, dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bagian bawah serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan. Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk diakhir langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut bergerak maju, dan bukalah kedua tungkai dengan cara melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke samping dan pastikan lembing masih dipegang dengan baik di belakang dengan tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas agar ekor lembing tidak kenak tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada (Suherman, 2001:215).
             
         Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan dimulai, ditandai oleh sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan tungkai. Segera bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas dan lembing diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul kemudian dengan memutar kaki kanan ke dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot depan (Suherman, 2001:216).

Cara Melempar Lembing
             
        Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa kebelakang dengan tangan lurus diputar kedalam, badan direbahkan kebelakang dengan lutut kaki kanan, kemudian bersamaan dengan membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya keatas kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala kedepan sehingga tangan lurus dan dibantu dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan kedepan, kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing (Hasan, 1993:85-86). lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Cara Melepaskan Lembing
            
         Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula bahu melempar secara aktif di bawa kedepan dan lengan pelampar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan lembing itu terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari tangan pada sudut lemparan kira-kira 45 derajat dengan  suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah, pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk dan memblok selama pelepasan lembing. (Muller, 2000:147-148-149). Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:
                Saat melempar lembing diperlukan keseimbangan badan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika melempar agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan diskwalifikasi. Tubuh mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan memusatkannya pada satu kaki tumpuan, keseimbangan dipengaruhi oleh letak segmen-segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar lembing maka moment gaya juga harus kita perbesar sebab semakin besar moment gaya maka gaya yang dihasilkan juga akan semakin besar, sehingga dapat menghasilkan lemparan yang jauh. Semakin besar power kita dalam melempar maka akan semakin besar pula kecepatan benda tersebut. 
  
Sikap Badan Setelah Melempar Lembing
                         
          Setelah kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat kebelakang lemas lalu badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemas kemudian tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat keperut dan tangan kiri lemas kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing sampai jatuh (Hasan, 1993:85). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Lempar Lembing …

Pelempar lembing adalah seseorang yang mempunyai daya ledak otot lengan bahu yang besar dan mempunyai kekuatan serta ketepatan langkah dalam melakukan awalan sebelum lembing dilepaskan (Adisasmita, 1986:7). Oleh karena itu pelempar yang tidak mempunyai ketepatan dalam melangkah sama halnya tidak mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Unsur dasar dari suatu prestasi lempar lembing adalah ketepatan dalam melangkah pada saat awalan, hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan seseorang untuk melempar sejauh mungkin. Disamping itu faktor utama yang harus diperhatikan adalah cara pegangan dan unsur fisik seperti kekuatan, kelentukan, kecepatan dan daya ledak otot. Komponen-komponen ini tidak boleh diabaikan oleh pelempar, pelatih termasuk juga guru penjas dalam mengajar.

Kemudian faktor lain yang mempengaruhi hasil lempar lembing adalah kesalahan dalam melakukan lemparan, ada beberapa kesalahan yang sering terjadi ketika melakukan lempar lembing, yaitu sebagai berikut: 1). Kecepatan lari tidak diatur meningkat. Dari awal larinya cepat terus atau sebaliknya terlalu lambat, 2). Sewaktu lari, lembing didiamkan saja, 3). Setelah langkah silang, pelempar berhenti dahulu, 4). Kaki kanan tidak dikencangkan, 5). Lemparan tidak diikuti siku kanan, 6). Kaki kiri tidak dilangkahkan pada saat akan melempar, 7). Lepasnya lembing tidak melewati atas pundak kanan, 8). Sudut lempar kurang atau terlalu besar, 9). Tidak dapat memelihara keseimbangan (Munasifah, 2008:20). 

 Peraturan Umum Dalam Lempar Lembing …

Peralatan Lembing
            
Lembing terdiri tiga bagian yaitu mata lembing, badan lembing dan tali pegangan. Badan lembing terbuat dari metal dan mata lembing yang lancip terpasang ujung depan yang panjang. Peraturan tentang spesifikasi lembing putra dan putri adalah sangat komplek, dalam rangka menjamin melayang dan menancapnya lembing yang sah. Manager Teknik harus berhati-hati dalam menjamin bahwa semua lembing yang akan digunakan dalam suatu perlombaan harus memenuhi semua peraturan dan ketentuan yang ditetapkan. Berat lembing untuk putra adalah 800 gram, sedangkan lembing putri 600 gram. Panjang lembing untuk putra adalah 2.60 – 2.70 m, sedangkan panjang lembing putri 2.20 – 2.30 m.

Pada perlombaan atletik seperti Olimpiade, Kejuaran Dunia atau regional. Hanya lembing yang disediakan oleh Panitia Penyelenggara yang boleh digunakan. Namun pada perlombaan yang lebih kecil, peserta boleh menggunakan lembingnya sendiri, asalkan lembing tersebut telah diperiksa dan diberi tanda sebagai tanda sah oleh Panitia Penyelenggara sebelum perlombaan dimulai dan boleh digunakan oleh peserta yang lain (Ballesteros, 1993:117).

Lintasan Awalan Lempar Lembing
          
           Panjang lintasan awalan lempar lembing harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm (Ballesteros, 1993:117).

Lengkung Batas Lempar Lembing

          Lengkung lempar dibuat dari kayu atau meta dicat putih dipasang datar dengan tanah, dan merupakan suatu busur atau lengkung suatu sirkel yang bergaris tengah radius 8 m. Garis lengkungnya sendiri selebar 7 cm. Garis sepanjang 0.75 m dibuat sebagai perpanjangan dari lengkung lempar dan siku-siku terhadap garis paralel lintasan lari awalan (Ballesteros, 1993:117).

Sektor Lemparan

          Garis ini terkait dengan sisi dalam garis paralel lintasan awalan yang ditarik dari titik pusat lengkung batas lempar dengan sudut 29o (Ballesteros, 1993:117).

Penilaian Lempar Lembing

          Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih, untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar dan bendera merah untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan kepala lembing, sampai ke bagian dalam ujung lingkaran lalu mengukur antara tanda tersebut. Kemudian beberapa unsur penilaian dalam lempar lembing adalah cara memegang lembing dan pendaratan atau jatuhnya lembing (Munasifah,2008:7). Selanjutnya tentang penilaian Muhajir (2007:149) mengatakan “Lemparan sah bila mata lembing menancap atau menggores tanah di sektor lemparan, lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh lengkung lemparan, atau garis 1,5 meter samping atau menyentuh tanah di depan lengkung lemparan”. Lebih lanjut Ballesters (1993:117) menjelaskan bahwa “Suatu lemparan dianggap sah bila mata lembing harus menyentuh tanah sebelum bagian lembing yang lain, dan jatuh sepenuhnya di dalam atau di sisi dalam dari sektor pendaratan lembing
Peraturan Lempar Lembing …

Sejumlah peraturan yang harus dipahami dalam olahraga lempar lembing, sebagai berikut: 
1.             Saat melempar, lembing wajib dipegang tepat pada bagian pegangannya dan wajib juga dilempar di atas bahu atau bagian paling atas dari tubuh si atlit. Lembing juga harus dilempar sama seperti prinsip bandul. Adapun gaya non-ortodox tidak lagi diijinkan untuk digunakan.
2.            Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah apabila bagian mata lembing tidak menggores tanah terlebih dahulu dibanding bagian lembing lainnya.
3.            Saat atlit hendak memulai awalan, ia tidak diperkenankan memotong sebuah garis.
4.            Lemparan dianggap tidak sah apabila sang atlit menyentuh wilahay badan garis lempar, atau garis perpanjangan.
5.            Saat lembing telah melaju, sang pelempar tidak diperkenankan membelakangi sektor lemparan dengan cara memutar tubuhnya.
6.            Sang atlit tidak diperkenankan meninggalkan jalur awalan sebelum lembing yang ia lepaskan tadi belum tiba di permukaan.


Sumber        :



Cara Melepaskan Lembing
            
         Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula bahu melempar secara aktif di bawa kedepan dan lengan pelampar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan lembing itu terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari tangan pada sudut lemparan kira-kira 45 derajat dengan  suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah, pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk dan memblok selama pelepasan lembing. (Muller, 2000:147-148-149). Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:

                Saat melempar lembing diperlukan keseimbangan badan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika melempar agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan diskwalifikasi. Tubuh mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan memusatkannya pada satu kaki tumpuan, keseimbangan dipengaruhi oleh letak segmen-segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar lembing maka moment gaya juga harus kita perbesar sebab semakin besar moment gaya maka gaya yang dihasilkan juga akan semakin besar, sehingga dapat menghasilkan lemparan yang jauh. Semakin besar power kita dalam melempar maka akan semakin besar pula kecepatan benda tersebut. 
  
Sikap Badan Setelah Melempar Lembing
                         
          Setelah kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat kebelakang lemas lalu badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemas kemudian tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat keperut dan tangan kiri lemas kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing sampai jatuh (Hasan, 1993:85). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Lempar Lembing …

Pelempar lembing adalah seseorang yang mempunyai daya ledak otot lengan bahu yang besar dan mempunyai kekuatan serta ketepatan langkah dalam melakukan awalan sebelum lembing dilepaskan (Adisasmita, 1986:7). Oleh karena itu pelempar yang tidak mempunyai ketepatan dalam melangkah sama halnya tidak mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Unsur dasar dari suatu prestasi lempar lembing adalah ketepatan dalam melangkah pada saat awalan, hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan seseorang untuk melempar sejauh mungkin. Disamping itu faktor utama yang harus diperhatikan adalah cara pegangan dan unsur fisik seperti kekuatan, kelentukan, kecepatan dan daya ledak otot. Komponen-komponen ini tidak boleh diabaikan oleh pelempar, pelatih termasuk juga guru penjas dalam mengajar.

Kemudian faktor lain yang mempengaruhi hasil lempar lembing adalah kesalahan dalam melakukan lemparan, ada beberapa kesalahan yang sering terjadi ketika melakukan lempar lembing, yaitu sebagai berikut: 1). Kecepatan lari tidak diatur meningkat. Dari awal larinya cepat terus atau sebaliknya terlalu lambat, 2). Sewaktu lari, lembing didiamkan saja, 3). Setelah langkah silang, pelempar berhenti dahulu, 4). Kaki kanan tidak dikencangkan, 5). Lemparan tidak diikuti siku kanan, 6). Kaki kiri tidak dilangkahkan pada saat akan melempar, 7). Lepasnya lembing tidak melewati atas pundak kanan, 8). Sudut lempar kurang atau terlalu besar, 9). Tidak dapat memelihara keseimbangan (Munasifah, 2008:20). 

 Peraturan Umum Dalam Lempar Lembing …

Peralatan Lembing
            
Lembing terdiri tiga bagian yaitu mata lembing, badan lembing dan tali pegangan. Badan lembing terbuat dari metal dan mata lembing yang lancip terpasang ujung depan yang panjang. Peraturan tentang spesifikasi lembing putra dan putri adalah sangat komplek, dalam rangka menjamin melayang dan menancapnya lembing yang sah. Manager Teknik harus berhati-hati dalam menjamin bahwa semua lembing yang akan digunakan dalam suatu perlombaan harus memenuhi semua peraturan dan ketentuan yang ditetapkan. Berat lembing untuk putra adalah 800 gram, sedangkan lembing putri 600 gram. Panjang lembing untuk putra adalah 2.60 – 2.70 m, sedangkan panjang lembing putri 2.20 – 2.30 m.

Pada perlombaan atletik seperti Olimpiade, Kejuaran Dunia atau regional. Hanya lembing yang disediakan oleh Panitia Penyelenggara yang boleh digunakan. Namun pada perlombaan yang lebih kecil, peserta boleh menggunakan lembingnya sendiri, asalkan lembing tersebut telah diperiksa dan diberi tanda sebagai tanda sah oleh Panitia Penyelenggara sebelum perlombaan dimulai dan boleh digunakan oleh peserta yang lain (Ballesteros, 1993:117).

Lintasan Awalan Lempar Lembing
          
           Panjang lintasan awalan lempar lembing harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm (Ballesteros, 1993:117).

Lengkung Batas Lempar Lembing

          Lengkung lempar dibuat dari kayu atau meta dicat putih dipasang datar dengan tanah, dan merupakan suatu busur atau lengkung suatu sirkel yang bergaris tengah radius 8 m. Garis lengkungnya sendiri selebar 7 cm. Garis sepanjang 0.75 m dibuat sebagai perpanjangan dari lengkung lempar dan siku-siku terhadap garis paralel lintasan lari awalan (Ballesteros, 1993:117).

Sektor Lemparan

          Garis ini terkait dengan sisi dalam garis paralel lintasan awalan yang ditarik dari titik pusat lengkung batas lempar dengan sudut 29o (Ballesteros, 1993:117).

Penilaian Lempar Lembing

          Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih, untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar dan bendera merah untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan kepala lembing, sampai ke bagian dalam ujung lingkaran lalu mengukur antara tanda tersebut. Kemudian beberapa unsur penilaian dalam lempar lembing adalah cara memegang lembing dan pendaratan atau jatuhnya lembing (Munasifah,2008:7). Selanjutnya tentang penilaian Muhajir (2007:149) mengatakan “Lemparan sah bila mata lembing menancap atau menggores tanah di sektor lemparan, lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh lengkung lemparan, atau garis 1,5 meter samping atau menyentuh tanah di depan lengkung lemparan”. Lebih lanjut Ballesters (1993:117) menjelaskan bahwa “Suatu lemparan dianggap sah bila mata lembing harus menyentuh tanah sebelum bagian lembing yang lain, dan jatuh sepenuhnya di dalam atau di sisi dalam dari sektor pendaratan lembing
Peraturan Lempar Lembing …

Sejumlah peraturan yang harus dipahami dalam olahraga lempar lembing, sebagai berikut: 
1.             Saat melempar, lembing wajib dipegang tepat pada bagian pegangannya dan wajib juga dilempar di atas bahu atau bagian paling atas dari tubuh si atlit. Lembing juga harus dilempar sama seperti prinsip bandul. Adapun gaya non-ortodox tidak lagi diijinkan untuk digunakan.
2.            Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah apabila bagian mata lembing tidak menggores tanah terlebih dahulu dibanding bagian lembing lainnya.
3.            Saat atlit hendak memulai awalan, ia tidak diperkenankan memotong sebuah garis.
4.            Lemparan dianggap tidak sah apabila sang atlit menyentuh wilahay badan garis lempar, atau garis perpanjangan.
5.            Saat lembing telah melaju, sang pelempar tidak diperkenankan membelakangi sektor lemparan dengan cara memutar tubuhnya.
6.            Sang atlit tidak diperkenankan meninggalkan jalur awalan sebelum lembing yang ia lepaskan tadi belum tiba di permukaan.


Sumber        :