Translate

Sabtu, 24 Agustus 2013

( FF ) Sacrificed

TITTLE:  Sacrificed
GENRE: Romance
LENGTH: Oneshoot
RATED: G, 15 +
MAIN CAST :  Kim Jong Woon a.k.a Yesung
                          Kim Yura
                          Kim Jong jin
AUTHOR:     @Mizuto Takamiya
TWITTER:     @ElizaPurba
FACEBOOK:  Eliza Pricilia   

DISCLAIMER: The idea of fanfiction is from mine.      
Let’s visit my blog :
                        http://priciliapurba22.blogspot.com

Mianhae  typo bertebaran ^^ 
#bow

             # Story beginning !!!

                Author POV

So why don't you go your way
And I'll go mine
Live your life, and I'll live mine
Baby you'll do well, and I'll be fine
Cause we're better off, separated

      CUP…
      Namja itu diam terpaku menatap kejadian yang bisa dikatakan tak pantas itu. Dia tetap mengfokuskan pandangannya kedalam ruangan itu, seakan ingin memastikan siapa orang yang dilihatnya. Air mata itu akhirnya jatuh dan mengalir deras dipipinya saat dia menyadari siapa yang berada di rungan itu. Gadis itu adalah Yura, kekasih yang sangat dia cintai tengah asik bercumbu ria dengan namja lain. Air mata itu semakin tak terbendung saat dia mendapati kenyataan bahwa gadis itu terlihat begitu  menikmati kegiatannya itu.
      Tubuh namja yang tak lain adalah Yesung itu begitu saja ambruk saat kenyataan pahit kembali menohok hatinya dalam, tepat dihari ulang tahunnya. Tak cukup hanya menyaksikan gadis itu berselingkuh tepat didepan matanya, dia dengan jelas dapat melihat siapa namja yang tengah asik mencumbui gadis itu. Dan namja itu bukanlah namja asing tetapi adiknya sendiri, Jong jin. Adik yang selama ini membantunya saat dia sedang terpuruk tetapi tepat pada hari ini, hari bahagianya, malah ikut membuat hatinya semakin hancur dalam keterpurukan hatinya.
      “Oppa.”
      “Hyung.”
      Suara pelan dari kedua orang itu kembali membuat Yesung mendapat fokusnya. Dia mendongakkan wajahnya pelan- pelan, seakan ingin memastikan kekuatan hatinya untuk bertatap muka dengan 2 orang yang tengah menatapnya. dia dapat melihat wajah kedua orang yang tengah tepat berada dihadapannya itu pucat pasi layaknya pencuri yang tengah tertangkap basah.
      “A…aku bisa menjelaskan ini semua, Oppa…” Suara gadis itu bergetar seakan menegaskan kegugupannya sekarang. Pria itu, siapa lagi kalau bukan Yesung masih saja menatap mereka dalam diam, pria itu hanya dapat tersenyum sinis ketika menyadari betapa semberawutnya penampilan kedua orang itu. Kemeja gadis itu terlihat kusut dengan ketiga kancing atas yang telah terbuka, hal yang sama juga didapatinya pada namja yang tak lain adalah adiknya sendiri. Rambut mereka masih acak- acakkan, sekilas saja orang pasti menyadari apa yang telah terjadi pada kedua orang itu dan hal itu kembali lagi menyakitinya.
      “Hk, tak apa… aku tak memerlukan penjelasan lagi, ini sudah cukup jelas.” Kata Yesung pelan tak lupa menorehkan sedikit senyum kaku di bibir mungilnya. Penjelasan apalagi! Apakah kalian belum puas melukai hatiku? , Jeritnya dalam ati, entah pada siapa.
      “Hyung…” Kata namja yang tak lain adalah Jong jin, adiknya sendiri. Namja itu senantiasa menatapnya tanpa melanjutkan perkataannya, seakan ingin memberikan penjelasan lewat tatapan matanya.
      Yesung hanya mampu tersenyum lirih memandang kedua orang itu, dia bangkit berdiri dan hendak pergi dari tempat itu. Dia tahu bahwa dirinya sudah tak kuat lagi menahan luka di hatinya. Sekarang , yang diinginkannya hanyalah sendiri, menenangkan dirinya di suatu tempat, belajar kembali bagaimana caranya bangkit dari keterpurukannya itu.
      Dia hanya ingin mengobati luka dihatinya, tetapi saat kakinya hendak melangkah, dia dapat merasakan cekalan pada tangannya dan dia sangat menyadari tangan siapa itu. Dia tahu bahwa gadis yang sekarang tengah berlutut dihadapannya itu adalah pelakunya.
      “Mianhae…”

***
If love was a fire
Then we have lost the spark
Love never felt so cold
If love was a light
Then we're lost in the dark
Left with no one to hold
      Pria yang tak lain adalah Yesung  itu tetap melanjutkan langkah gontainya walau sesekali dia harus berhenti dan tersenyum pada orang- orang yang menyalaminya dan mengucapkan ucapan selamat ulang tahun padanya. Dan saat itu dia kembali tertohok dalam hatinya, saat semua orang peduli padanya, memberikan ucapan selamat padanya, gadis itu bahkan sama sekali tak mengingat ulang tahunnya dan memilih hari ini untuk menghancurkan hatinya. Terlebih dengan namja itu, adiknya sendiri yang jelas- jelas masih tercetak didalam ingatannya, mengucapkan selamat ulang tahun padanya, mengatakan harapan namja itu pada hubungannya dengan gadis itu, pagi tadi.
      “Heh, ini benar- benar menggelikan…” Kekehnya keras lebih kepada penghiburan untuk hatinya. Dia berhenti tepat dibawah sebuah pohon sakura yang tengah berguguran. Namja itu kembali menitikkan air mata saat tangan mungilnya meraba ukiran yang bertuliskan namanya dan gadis itu masih tercetak jelas di batang pohon itu.
      Dia mengambil sebuah batu dan mengukir sesuatu di batang pohon itu. Dia menangis, meratapi nasib yang begitu tega mempermainkannya tepat dihari bahagianya. Dia menangis, mengingat kembali kenangan- kenangan indahnya bersama gadis itu. Saat ulang tahunnya tahun lalu, tepat saat diterimanya peryataan cintanya oleh gadis itu. Dia mengukir sebuah tanda keretakan tepat ditengah ukiran hati yang berada diantara namanya dan nama gadis itu.
      “Tak kusangka akan begini akhirnya…” Lirihnya lemah sambil meraba sebuah nama yang terukir di pohon itu.


            Flashback

      Namja yang tak lain Yesung itu masih saja tetap memasang wajah suram walau sejak tadi teman-temannya telah  menyalaminya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Bukan karena kekesalan hatinya kepada adiknya yang telah lancang mengadakan sebuah party kecil- kecillan di rumah merka dan mengundang semua teman- teman sekelas mereka tetapi kesuraman hatinya lebih disebabkan oleh penantiannya terhadap seorang gadis yang sangat diharapkan kedatangannya.
      Gadis itu, Yura adalah gadis yang sejak lama telah diliriknya. Dia sangat mengharapkan kedatangan gadis itu, apalagi ketika mengingat perjanjian mereka kemarin. Saat dia dengan sangat lancang mendatangi kelas gadis itu dan mengungkapkan perasaaannya tepat didapan kelas gadis itu, lengkap dengan penyaksian teman- temannya dan gadis itu tentang tindakan gilanya.  “Aku menyukaimu, Yura-ya ! Jadilah pacarku! Hm, Kau tak perlu menjawabnya sekarang tetapi jika kau menerima tawaranku datanglah ke rumahku besok tepat dihari ulang tahunku.”
      Dia kembali mengacak- acak rambut cepaknya saat mengingat kembali betapa gilanya dia kemarin, sedikit saja tak pernah terlintas di pikirannya untuk melakukan tindakan itu. Dia terkekeh geli.
      Dia terus tersenyum sambil sesekali terkekeh geli membayangkan dirinya kemarin, sampai dia tersadar bahwa gadis yang sejak tadi ditunggunya telah datang. Sekarang tepat berdiri dihadapannya, lengkap dengan sebuah bingkisan bersampul biru sapphire yang merupakan salah satu dari warna kesukaannya. Dia tersenyum lepas dan reflek memeluk gadis yang tak lain adalah Yura itu.
      Dia tak bisa mendefinisikan betapa bahagianya dia sekarang melihat gadis itu, gadis yang masih tampak sangat mempesona walau hanya berbalut sebuah gaun sederhana berwarna hitam pekat. Gadis itu telah menerima  penawarannya kemarin. Gadis itu telah menjadi pacarnya, Gadis itu telah menjadi miliknya sekarang.
      “Happy birthday, Oppa !” Kata gadis itu pelan yang masih dapat tertangkap oleh pendengarannya karena gadis itu masih tetap berada di pelukannya. Dia merenggangkan pelukannya dan mengecup dahi gadis itu lama.
      “Gomawo, Ra-ya …” Katanya lembut tanpa menyadari pandangan gadis itu tak mengarah kepadanya tetapi seseorang yang berada di belakangnya.

            Flashback End

      Namja itu terus berjalan gontai menelusuri jalanan. Wajah namja yang tak lain adalah Yesung itu terlihat kusut. Namja itu terus saja teringat kejadian itu. Saat gadis itu bersama adiknya datang kehadapannya dan menjelaskan semua padanya. Semua kebohongan yang telah mereka simpan dengansangat  rapi darinya.

            Flashback

      Namja itu terus saja memain- mainkan mug coffeenya dengan malas. Semenjak kejadian itu dia telah kehilangan semangatnya. Sudah 3 hari sejak hari itu yang dilakukannya hanyalah bermalas- malasan, dia selalu berusaha menghindar dari gadis itu juga adiknya. Hanya café inilah tempat yang selalu dikunjunginya. Dia sendiri. Ya, tentu saja kerena dia belum mampu mempercayai orang lain selain dirinya.
      Dia terus menatap tetes- tetes hujan yang menetes di jendela kafe itu tanpa minat. Dia melamun, tatapannya kosong, sekilas saja,  orang dapat mengerti betapa sedihnya dia. Dia bisa merasakan meja itu sedikit bergerak, lamunanya buyar oleh kedua orang yang sudah duduk dihadapannya itu.
      “Hyung…” Satu kata yang keluar dari bibir adiknya itu seakan mengingatkannya pada perbuatan mereka padanya 3 hari yang lalu. Satu kata itu juga seakan menampar wajahnya keras, menyadarkannya bahwa betapa pengecutnya dia yang selalu menghindari kedua orang itu. Dia mendongakkan wajahnya dan dapat melihat tatapan bersalah dari kedua orang yang tengah menatapnya intens itu. Dia tersenyum lirih.
      “Wae?” Katanya to the point kepada kedua orang itu. Dia bukanlah tipe namja yang suka berbasa- basi apalagi untuk masalah seserius itu. Dia dapat melihat kedua tangan gadis itu berpangutan erat dan dia tahu itu adalah salah satu kebiasaan gadis itu saat sedang gugup.
      “Mianhae, Oppa…” Kata gadis itu pelan seakan takut- takut untuk berbicara dengannya. Sedangkan namja yang berada disamping gadis itu hanya menatap Yesung dengan tatapan bersalah.
      “Wae…?” Ulang Yesung lagi, dia masih saja menatap kedua orang itu dengan intens seakan ingin mengulitinya. Ya, dia memang sangat ingin menguliti kedua orang itu, tetapi dia tidak bisa karena bagaimanapun kedua orang itu adalah orang  yang disayanginya.
      “Kami telah berhubungan lama sebelum hyung berpacaran dengan gadis ini, aku yang membuat sandiwara ini untuk menyenangkanmu, hyung. Karena aku tahu bahwa hyung juga menyukai gadis ini. Jadi, tolong jangan menyalahkan gadis ini, akulah yang bersalah, Hyung…” Kata namja yang tak lain adalah Jong jin itu dengan tegas, seakan telah pasrah menerima apapun hukuman dari kakaknya itu. Yesung hanya menatap mereka berdua secara bergantian.
      “Mianhae, Oppa…” Suara tangisan gadis itu mengingatkannya kembali akan kenangannya bersama gadis itu saat masih berpacaran. Dia baru menyadari tetapan sedih yang selalu terpancar jelas dari gadis itu saat bersamanya. Dia baru menyadari bahwa gadis itu tak pernah menyatakan perasaannya padanya, Dia baru menyadari betapa bodohnya dia sampai bisa terjebak dalam permainan cinta yang dibuat oleh adiknya sendiri.
      “Mianhae Hyung, tetapi untuk kali ini aku takkan lagi memberikan gadis ini padamu. Kami saling mencintai.” Kata Jing jin sambil menggenggam tangan gadis itu, Yesung membuang muka, dia tak tahan melihat betapa bodohnya dia sampai bisa dengan mudah dipermainkan oleh kedua orang itu. Dia menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan seakan ingin mengulur kembali tali kesabaran hatinya, dia tidak boeh lepas kendali saat ini. Dia memejamkan matanya erat seakan sedanga berdoa, meminta kekuata untuk hatinya. Dia bisa melihat tatapan gelisah dari kedua orang itu saat dia kembali membuka matanya.
      “Berjanjilah satu hal padaku…” Kata Yesung melembut sambil mengecap  habis coffeenya yang telah mendingin itu sekilas sebelum kembali melanjutkan perkataannya.
      “Berjanjilah untuk tetap bersama, untuk tetap saling mencintai.” Lirih namja itu lembut, lebih kepada permohonannya kepada kedua orang itu. Dia tak memungkiri bahwa ada perasaan bersalah yang merasuk dalam hatinya karena telah menjadi orang ketiga dalam hubungan kedua orang itu.
      Dia memegang erat kedua tangan gadis dan adiknya itu, dia tersenyum  tulus, senyum pertama yang terlihat diwajahnya sejak kejadian waktu itu. Dia bangkit berdiri dan mengusap kepala kedua orang itu sebelum dia pergi meninggalkan kedua orang itu.
      “Aku sangat menyayangi kalian berdua, Jadi berbahagialah…” Katanya mengakhiri pembicaraan mereka sambil tersenyum  tulus untuk kedua kalinya sebelum dia benar- benar pergi meninggalkan kedua orang yang tengah menangis menatap kepergiannya.

            Flashback End

I will not make the same mistakes that you did
I will not let myself cause my heart so much misery
I will not break the way you did
You fell so hard
I learned the hard way, to never let it get that far

***

      Gadis itu terus saja memandangi ukiran namanya dengan namja itu dengan sedih… Entah apa yang dipikirkannya sekarang tetapi yang jelas ada perasaan bersalah yang mendalam pada namja yang namanya terukir di bawah pohon itu… Air matanya kembali jatuh entah untuk keberapa kalinya… Dia tak pernah berpikir betapa baiknya namja itu, betapa perdulinya namja itu padanya… Kalau saja dia tahu dia pasti akan menyayangi namja itu dengan sepenuh hati walau hanya sebagai seorang kakak.
      Lamunan Gadis itu begitu saja buyar ketika sebuah tangan memeluknya erat dari belakang. Dia tahu siapa  itu, adik namja yang selama ini diberlakukannya dengan dingin, Jong jin yakni kekasihnya.
      “Kau masih merasa bersalah?” Kata namja itu lembut masih tetap memeluknya.
      “Ye, aku memang sangat bersalah padanya..” Serak gadis itu pelan sambil terus memandang ukiran namanya dan namja yang tak lain adalah Yesung itu. Dia bahkan sangat mengingat kenangan mereka saat dia dan namja itu mengukir nama mereka di pohon itu, tepatnya bukan dia tetapi namja itu karna di hanya tersenyum kaku saat itu.
      “Hyung memang orang yang sangat baik.” Kata namja yang tak lain adalah Jongjin itu bangga. Dia tak pernah bisa menyembunyikan kekagumannya kepada Yesung… Yesung telah dianggapnya sebagai ayahnya bukan lagi kakaknya.
      “Ye, bahkan dia sampai merelakan kebahagiannya hanya demi kebahagian kita…” Kata gadis itu menyahuti perkataan dari Jong jin. Dia memejamkan matanya erat dan berharap dalam hati agar suatu saat dia bisa membalas kebahagiaan namja itu.
      “Aku yakin dia akan mendapatkan kebahagiaannya kelak…” Kata Jongjin sambil merenggangkan pelukannya, beralih dengan menggemgam tangan gadis itu…
      “Pasti, dan gadis yang akan mendapatkannya pasti akan sangat beruntung…” Sahut gadis itu pelan sambil mengayun-ayunkan genggaman tangannya dan tangan namja itu.
     

***
      Namja yang tak lain adalah Yesung  itu terus saja berjalan gontai. Dia masih saja kesal kepada dirinya yang begitu bodoh sampai bisa masuk perangkap yang dibuat adiknya itu. Dia terkekeh geli membayangkan bagaimana reaksi adiknya saat dia tengah bermesraan dengan gadis itu, Pasti itu akan terlihat sangat mengasikkan! ,  bisiknya dalam hati, berusaha untuk mengobati luka di hati yang yang belum juga sembuh.
      Namja itu kembali menendang kaleng bekas entah untuk kesekian kalinya… Dia ingin mencurahkan perasaannya pada kaleng- kaleng yang tak bersalah itu. Andai saja aku mendapatkan gadis yang benar- benar menyukaiku, andai saja gadis itu dapat membahagiakanku… Aku berjanji takkan melepasnya dan akan selalu membahagiakannya… Harapnya dalam hati sambil menatap langit biru yang telah nampak cerah sekarang, dia kembali menendang kaleng bekas yang dihadapannya.
      Andai saja aku lebih beruntung… Harapnya dalam hati saat menendang kaleng itu. Dia kembali berjalan tanpa memperhatikan sekelilingnya. Bahka dia tak menyadari ada seorang gadis yang tengah mengumpat kesal kepadanya. Sampai…
      PLETAK!!!
      “YAK, namja kurang ajar,  tak tahu malu. Mau kemana kau?”  Suara garang itu begitu saja memberhentikan langkahnya. Dia merasa kesal. Kepala sakit terkena lemparan kaleng dari orang itu, dia memutar tubuhnya kearah belakang. Mengumpat kesal, seakan dia sangat dendam pada orang yang telah membuat kepalanya menjadi sakit.
      Dia kaget saat langsung dihadapkan dengan wajah garang seorang gadis yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Dia g ugup.
      “Yak, Kenapa kau malah bengong, babo..,” Kata gadis asing itu sambil menginjak keras salah satu kakinya, Dia meringis kesakitan tetapi beberapa detik kemudian langsung mengganti raut wajahnya saat sadar betapa bahagianya gadis itu menertawainya.
      “Yak, Apa maksudmu, gadis babo?”  Katanya sinis. Dia dapat melihat perubahan raut wajah gadis itu yang kembali terlihat menyeramkan.
      “Kau yang babo sampai- sampai menendang kaleng bekas kekepalaku…” Kata gadis itu garang yang seketika membuatnya mati kutu. Dia dapat dengan jelas jidat gadis itu sedikit membengkak oleh perbuatannya dan entah kenpa dia mendapat kepuasan tersendiri.
      “YAK!!!” Kesal gadis itu sambil terus menatapnya garang. Namja itu hanya tertawa menanggapi kemarahan gidis itu. Ya, tertawa untuk pertama kalinya sejak saat itu.
      “Gadis yang unik…”

Because of you
I never stray too far from the sidewalk
Because of you
I learned to play on the safe side so I don't get hurt
Because of you
I tried my hardest just to forget everything
Because of you
I don't know how to let anyone else in
Because of you
I'm ashamed of my life because it's empty
Because of you
I am afraid

END

Happy Birthday Yesung Oppa
Please correction !!!

Gomawo for Read…




      

1 komentar: